Institute for Climate Change di Tsinghua dan Bank Pembangunan Asia dorong praktik Solusi berbasiskan Alam yang baik di Asia

MONTREAL, 12 Desember 2022 /PRNewswire/ — Ajang UN climate change conference COP27 di Mesir berakhir kurang dari tiga minggu sebelum UN Biodiversity Conference Ke-15 (CBD COP15) dimulai di Montreal. Agenda traktat PBB tentang perubahan iklim dan keanekaragaman hayati semakin sering bersinggungan. Hal ini mencerminkan pemahaman yang kian baik atas hubungan antara kedua isu dan perlunya solusi terintegrasi.

Acara paralel ini menarik minat pakar ternama di seluruh dunia
Acara paralel ini menarik minat pakar ternama di seluruh dunia

Maka, Institute of Climate Change and Sustainable Development di Tsinghua University (ICCSD) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) mendorong praktik solusi berbasiskan alam yang baik di Asia dalam ajang CBD COP15.

"Jalur menuju netralitas karbon merupakan revolusi sistematis yang melibatkan masyarakat sebagai sebuah keseluruhan. Dengan demikian, netralitas karbon lebih dari sekadar isu perubahan iklim, dan solusi berbasiskan alam (Nature-based Solutions/NbS) harus melibatkan banyak hal, bukan semata-mata penyerap karbon (carbon sink)," ujar Dr. WANG Binbin, C+NbS Head, ICCSD, dan Executive Secretary General, Global Alliance of Universities on Climate (GAUC) .

Seperti dirumuskan oleh United Nations Environment Assembly pada Maret lalu, NbS adalah "Aksi yang melindungi, mengonservasi, memulihkan, memakai dan mengelola alam, atau memodifikasi ekosistem daratan, perairan, pantai dan laut secara berkelanjutan. Tujuannya, menjawab tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup secara efektif dan adaptif, sekaligus menyediakan manfaat bagi kesejahteraan manusia, layanan ekosistem, serta ketahanan dan keanekaragaman hayati."

Mengangkat tema Lingkungan Hidup, yakni "Innovative Pathway towards the Carbon Neutral Future", acara paralel ini, digelar oleh ICCSD dan ADB, semakin mengeksplorasi potensi alam, khususnya pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dari sisi perubahan iklim.

"Sebagai pakar iklim, saya menilai, seluruh energi terbarukan berasal dari sumber daya alam. Jadi, jika kita sepakat bahwa energi terbarukan merupakan solusi menuju masa depan net-zero, maka solusi ini adalah Solusi berbasiskan Alam (NbS)." Dr. WANG juga menjelaskan, "Kita harus mendorong perspektif yang sinergis dan terintegrasi."

Dengan memanfaatkan kekuatan alam dalam mengatasi perubahan iklim, ICCSD mengelola platform C+NbS bersama lebih dari 400 mitra global, serta menjalankan riset penelusuran praktik global sejak 2019, tepat setelah Climate Action Summit PBB diadakan di New York, ketika Tiongkok dan Selandia Baru diundang untuk memimpin koalisi NbS. Riset ini membangun bank data yang meliputi 300 kasus penggunaan global, lalu merumuskan kriteria evaluasi yang mempertimbangkan panduan tentang peradaban ekologi, Target Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDG), dan mengacu pada IUCN Global Standard.

"Kami menyimpulkan enam indikator skrining utama dan tiga dimensi evaluasi mendalam ketika memilih 28 kasus penggunaan yang baik dari bank data tersebut, serta kasus penggunaan yang dianjurkan untuk dirilis pada tahap pertama CBD COP15 di Kunming," papar Dr. WANG. "Sebagai langkah lanjutan, cakupan riset ini akan dipersempit menjadi level regional agar lebih akurat menemukan contoh kasus praktis yang paling mutakhir dan baik."

ICCSD juga berkolaborasi dengan ADB untuk membangun bank data NbS di Asia agar analisis yang lebih mendalam dapat dilakukan. Seluruh organisasi yang telah menjalankan praktik terkait di Asia dapat mengirimkan informasi relevan lewat alamat surel [email protected] sebelum 31 Maret 2023. Laporan riset ini akan dirilis di UN Climate Change Conference Ke-28 di Dubai.

Acara paralel tersebut mencerminkan awal dari kemitraan strategis antara ICCSD dan ADB. Perwakilan The Nature Conservancy (TNC), World Economic Forum, serta ClientEarth, bersama Global Youth Ambassador, GAUC, turut menjalin kerja sama riset dan berbagi pengalaman praktis di bidang ini dalam sesi pleno.

"Kami optimis mengeksplorasi semakin banyak solusi inovatif tentang masa depan dengan netralitas karbon lewat dukungan penuh dan jaringan ADB di Asia," kata LI Zheng, President, ICCSD.

"Lingkungan hidup kini dianggap sebagai unsur penting dalam penanganan krisis akut yang dihadapi Asia dan Pasifik, yakni perubahan iklim, kerusakan keanekaragaman hayati, dan merosotnya ketahanan pangan," papar ZHANG Qingfeng, Chair, Environment Thematic Committee, ADB. Menurut ZHANG, ADB juga berkolaborasi dengan Stanford University guna mewujudkan potensi alam.