Belantara Foundation Singgung Gambut Lindung Londrang di COP 27 Sharm El Sheik

Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna paparkan soal peran masyarakat dalam pemulihan gambut lindung Londrang Jambi di masyarakat olingkungan international di Paviliun Indonesia COP 27 Sharm El -Sheik, Mesir, Senin (14/11). Gambut sangat penting dalam pengendalian emisi dan peningkatan ekonomi masyarakat desa di Provinsi Jambi.

TROPIS.CO, SHARM EL SHEIK – Belantara Foundation paparkan strategi  pengelolaan lahan gambut bersama masyarakat Jambi, di hadapan masyarakat international dalam Forum COP 27 di Sherm El Sheik. Keberadaan gambut sangat penting dalam upaya global dalam mengendalikan perubahan iklim.

Dolly Priatna bersama Riyanto, mungkin sosok sosok yang sangat berbangga, karena menjadi bagian dari delegasi RI pada COP 27 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), di Sherm El – Sheik, Mesir, 6 hingga 18 November, kemarin.  Dolly Priatna, Direktur Eksekutif dari Belantara Foundation, dan Riyanto, Ketua  Gabungan Kelompok  Tani Hutan – Gapoktanhut Wono Lestari, Jati Mulyo, Dendang, Tanjung Jambung Timur,  tak sebatas ikut, tapi berkesempatan tampil sebagai pembicara dalam sesi Talkshow & Discussion, di Paviliun Indonesia di venue Tonino Lamborghini.

Dalam Talkshow dan  Discussion bertemakan  “Mycorrhizas for Carbon Stock Improvement and Livelihood Security to Support Standardization of Sustainable Management Practices and Climate Change Issues”,  mereka bercerita panjang tentang pengelolaan lahan gambut berbasiskan agroforestry yang melibatkan masyarakat secara langsung  dalam skema Perhutanan Sosial.  “Sungguh ini suatu kehormatan dan kebanggaan bagi kami, bisa bicara di hadapan masyarakat internasional dalam forum  PBB, COP 27,”kata Dolly kepada TROPIS.CO di Jakarta, setibanya dari  Sherm El- Sheik, Minggu (20/11).

Bagaimana tidak bangga,  lanjutnya, dalam forum yang diikuti para pakar dan NGOs international itu, bahwa dirinya bersama Riyanto  dari Gapoktanhut Wono Lestari,   memaparkan berbagai kiprah dan aktivitas Belantara Foundation bersama masyarakat, sebagai pemangku kepentingan di Kecamatan Dendang,  dalam pengelolaan kawasan hutan  yang mampu menggerakan ekonomi desa  sembari  memulihkan lahan gambut yang ada disekitarnya.

“ Gapoktanhut mengelola kawasan hutan produksi melalui pendekatan Hutan Kemasyarakatan, nah lokasi kegiatannya, sangat berdekatan dengan  kawasan gambut lindung Londrang yang merupakan salah satu kawasan hidrologi gambut penting di Provinsi Jambi,”kata Dolly Priatna.

Diceritakan Dolly  bahwa  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,  pada  2018 telah memberikan tanggungjawab kepada  Gapoktanhut Wono Lestari, Desa Jati Mulyo untuk mengelola kawasan  hutan produksi  seluas 93 herktar, sebagai kawasan Hutan Kemasyarakatan atau Hkm untuk masa pengelolaan 30 tahun.  Pemanfaatannya ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat lokal dengan memberikan hak kepada masyarakat dalam menggunakan lahan secara lestari dan berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan fungsi hutan dan lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“ Sebagai organisasi  nirlaba global yang berbasis di Indonesia,  bekerja untuk melindungi lanskap Indonesia dengan membangun proyek keberlanjutan lokal di daerah-daerah, berperan  sebagai pendamping Gapoktanhut  yang dalam kegiatannya didukung KPHP Tanjung Jabung Timur Unit XIV, One Tree Planted dan Kelompok Sinarmas,”ungkap Dolly.

Implementasi program ini meliputi penyiapan dan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat, penyiapan lebih kurang 31.000 bibit tanaman multi manfaat, nursery dan pondok kerja, lahan siap tanam, serta dukungan monitoring dan evaluasi program.  “Pada awal November 2022 ini, kami mulai penanaman dengan target seluas 30 ha.”

Penanaman ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pertama untuk penanaman bibit pinang (Areca catechu), nangka (Artocarpus heterophyllus) dan jengkol (Archidendron pauciflorum) sedangkan tahap kedua penanaman jenis kopi liberika (Coffea liberica) dan gaharu (Aquilaria malaccensis) yang akan dilakukan pada 5 bulan berikutnya. Ini adalah salah satu bentuk win-win solution, dimana masyarakat mendapatkan manfaat sosial-ekonomi sekaligus memperbaiki lahan gambut yang terdegradasi”, kata Dolly

“Kami dari Gapoktanhut  mendapat bimbingan teknis dari Belantara  Foundtion, dalam menggali potensi ekonomi desa berbasiskan kawasan hutan, hingga sangat membantu masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan lahan gambut yang terdegradasi secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan,”ujar Riyanto.

Adapun berbagai potensi agroforestry yang dikembangkan anggota kelompok, lanjut Riyanto,  tanaman yang memiliki nilai ekonomi – yang pasarnya tak sebatas pasar lokal, namun juga berpeluang  merebut pasar ekspor. “ Kami diarahkan untuk menanam pinang, kopi liberika, bahkann juga gaharu dan tanaman jengkol,”ungkapnya.

Sementara itu, Kepala KPHP Tanjung Jabung Timur Unit XIV, M. Izuddin mengatakan bahwa KPHP Tanjung Jabung Timur Unit XIV memiliki tugas utama yaitu melakukan proteksi dan restorasi lahan gambut. Oleh karena itu, KPHP Tanjung Jabung Timur Unit XIV mendukung penuh kerja sama yang dilakukan bersama Belantara Foundation, Gapoktanhut Wono Lestari dan pemangku kepentingan lainnya.

Mendukung FOLU Net Sink

Dalam paparan pada forum  Talkshow itu, Dolly Priatna, menjelaskan,  gerakan pemulihan lahan gambut di kawasan hutan produksi yang dikelola masyarakat melalui skema perhutanan sosial seperti HKm,  sangat berpotensi memberikan kontribusi yang menjanjikan dalam mencapai target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.

Adapun  FOLU Net Sink, adalah program yang dirancang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan target, terjadinya keseimbangan antar emisi yang keluar dan yang terserap,  sebanyak 140 juta ton CO2e pada tahun 2030.  Dalam upaya  menggapai target tersebut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah membentuk tim kerja yang melibatkan semua unsur pemerintahan, dunia usaha, NGOs dan berbagai lapisan masyarakat. Salah satu titik sasar dari program ini, memulihkan lahan gambut yang dinilai sebagai salah satu sumber emisi terbesar, terlebih bila terjadi kebakaran lahan dan hutan.

Keberadaan lahan gambut sangat penting bagi upaya global untuk memerangi perubahan iklim dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) lainnya, mengajak dan membantu dalam transisi menuju masyarakat rendah karbon, menurunkan suhu lingkungan di daerah sekitar, memberikan solusi berbasis alam termasuk mengatur sistem hidrologi tanah, memasok makanan, serat dan produk lokal lainnya yang menopang perekonomian, perlindungan dari panas yang ekstrem, meminimalkan risiko banjir dan kekeringan serta mencegah intrusi air laut.

Melalui skema perhutanan sosial, masyarakat lokal di Indonesia dapat memiliki hak untuk mengelola dan memanfaatkan, yang secara bersamaan dapat berkontribusi dalam memulihkan kawasan hutan. Dan,  skema ini menawarkan kondisi yang memungkinkan untuk restorasi lahan gambut jangka panjang, tidak hanya selaras dengan agenda global dalam mitigasi iklim tetapi juga mampu mendorong peningkatan sosial ekonomi masyarakat lokal yang berkelanjutan.

Dolly, yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan menambahkan bahwa salah satu metode yang dapat mendukung pemulihan lahan gambut terdegradasi berbasis masyarakat adalah dengan menanam pohon menggunakan jenis tanaman yang banyak manfaatnya (multi purpose tree species). Spesies-spesies tanaman multi manfaat menyediakan banyak manfaat pada lahan yang terbatas, antara lain sebagai sumber pakan, membantu dalam mengatur hidrologi, meningkatkan biomassa, memperbaiki kualitas tanah, dan meningkatkan produktivitas lahan terdegradasi.

Karena itu, tandas Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Universitas Pakuan ini,   keterlibatan masyarakat sebagai aktor, Belantara Foundation sebagai fasilitator serta dukungan dari pemangku kepentingan setempat serta dukungan pendanaan dari para donor termasuk sektor swasta seperti APP Sinarmas merupakan faktor penting untuk memastikan keberhasilan program pemulihan dan restorasi gambut secara berkelanjutan.