Outlook Price 2023, Harga Minyak Sawit bakal Melebihi Minyak Nabati Lainnya

Tren Negatif

Fadhil Hasan, Ketua Bidang Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengungkapkan bahwa pertumbuhan permintaan untuk minyak kelapa sawit relatif stabil selama periode tahun 2005-2015, namun turun menjadi 8,7 persen pada periode tahun 2016-2020.

Jumlah permintaan untuk periode tahun 2020-2025 diprediksi akan mengalami tren yang negatif.

Lebih lanjut dijelaskan untuk ekspor minyak kelapa sawit mengalami pertumbuhan yang menurun khususnya selama periode tahun 2020-2025.

Baca juga: Pasar Uni Eropa Bias dan Tidak Adil terhadap Sawit

Sementara, untuk konsumsi domestik diperkirakan meningkat pada periode tahun 2015-2025.

Peningkatan ini terjadi didorong oleh adanya mandatori program biodiesel.

Konsumsi telah mengalami shifting dari ekspor menjadi konsumsi domestik. Konsumsi domestik saat ini telah mencapai share sebanyak 34 persen.

Di tahun 2021, ekspor sawit menyumbang sekitar 66 persen dari produksi, jumlah ekspor ini didominasi produk hilir.

Baca juga: Sawit Solusi Pemulihan Ekonomi dan Antisipasi Dampak Resesi

Pada tahun 2022, nilai ekspor mengalami gangguan akibat kebijakan pemerintah yang melarang ekspor.

Jumlah ekspor pada tahun 2022 lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2021.

Pertumbuhan ekspor pada tahun 2021 jika dibandingkan dengan tahun 2022, kecuali ke India, Spanyol dan Italia mengalami penurunan dari 32 persen, 8 persen, dan 19 persen.

Sedangkan pertumbuhan ekspor pada tahun 2022 dicatat mengalami pertumbuhan negatif kecuali ke negara India, Amerika Serikat, dan Timur Tengah. (*)