COP 27 Sharm El-Shekh Mesir, Debut dari Paviliun Indonesia

Pendirian Kuat

Indonesia , kata Siti Nurbaya,  telah memiliki pendirian yang kuat dalam agenda perubahan iklim yang ditunjukkan dengan berbagai kebijakan dan aksi iklim. Untuk itu Indonesia juga siap berbagi pengalaman dengan negara lainnya di dunia berbasiskan hasil kerja nyata. Dan dalam rangkaian ini, telah memperkuat beberapa kebijakan dan implementasi program guna menjawab tantangan. Selain dari sektor FOLU, target NDC juga akan dicapai melalui sektor penting lainnya, khususnya energi, lahan basah dan laut, serta karbon biru.

Adapun tiga modalitas kerja untuk pencapaian FOLU Net Sink 2030 terdiri dari Pengelolaan Hutan Berkelanjutan; Tata Kelola Lingkungan; dan Tata Kelola Karbon.

Strateginya melalui berbagai langkah nyata dengan penurunan deforestasi terendah dalam sejarah, mengendalikan kebakaran hutan dan lahan, serta melibatkan masyarakat dalam program perhutanan sosial.

Selain itu konservasi dan pengelolaan hutan lestari, perlindungan dan restorasi lahan gambut; sink enhancement dengan mempercepat aforestasi dan reboisasi lahan kritis di luar dan di dalam kawasan hutan, revegetasi perkotaan, keberhasilan replikasi ekosistem, dan rehabilitasi eko-riparian.

“Semua ini dilakukan dengan pelibatan peran pemerintah pusat dan daerah, akademisi, NGO, swasta dan kemitraan lintas sektoral. Semua elemen Bangsa diajak bekerja sama menyelamatkan bumi dengan mengembangkan aksi iklim nyata dan komitmen yang lebih kuat, serta jejaring yang lebih luas,” tutup Siti Nurbaya

“Kami telah berbagi dan akan selalu membagikan pengalaman dari apa yang kami janjikan dan terapkan, bahwa orang lain dapat melakukannya. Kami mendorong setiap bangsa bekerja sama mengambil tindakan lebih jauh dan lebih berani untuk bumi kita,” tegas Siti.

Berbagi Pengalaman.

Indonesia dengan Enhanced NDC nya, telah bergabung dengan 38  negara lain, yang juga telah mengajukan NDC yang diperbarui kepada UNFCCC. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkapkan perjalanan yang dijalani Indonesia tidak mudah dalam meningkatkan NDC. Hal tersebut disebabkan kondisi yang sangat menantang di tengah upaya pemulihan pasca Covid-19 dan situasi ekonomi global yang dinamis.

Walau demikian, pada  saat  Sesi Talk Show pertama di Paviliun Indonesia, Menteri Siti Nurbaya, sempat menyampaikan komitmen Indonesia yang lebih ambisius  dalam perwujudan NDC yang disertai upaya terbaik dari langkah-langkah mitigasi domestik, dalam meningkatkan pencapaian tujuan Perjanjian Paris. “Kendati dalam  pencapaian  NDC itu lebuih ambius, namun tetap memastikan prioritas nasional kami,” kata Menteri Siti Nurbaya.

Dokumen Enhanced NDC mencerminkan kebijakan, tindakan dan implementasi NDC yang diperbarui dengan target tambahan yang disumbangkan dan disepakati oleh semua sektor di kementerian terkait dan melibatkan partisipasi sub-nasional, sektor swasta dan masyarakat lokal. Poin penting lain dari Enhanced NDC bahwa Indonesia juga menganggap adaptasi sama pentingnya dengan mitigasi, sebagaimana digambarkan dengan jelas dalam dokumen tentang peningkatan ekonomi, sosial dan mata pencaharian, ketahanan ekosistem dan lanskap.

Lebih lanjut Menteri Siti Nurbaya menjelaskan dalam Enhanced NDC, Indonesia antara lain memutakhirkan kebijakan FOLU Net-sink 2030 sebagai dasar menuju penyelarasan Strategi Jangka Panjang Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 (LTS-LCCR 2050) dengan visi mencapai Net-Zero-Emission pada 2060 atau lebih cepat.

Peningkatan NDC menunjukkan peningkatan komitmen Indonesia melalui peningkatan target pengurangan GRK, peningkatan program, strategi dan tindakan dalam mitigasi, adaptasi, kerangka transparansi dan pengaturan cara pelaksanaan termasuk melalui penetapan harga karbon.

“Di sektor kehutanan, pembayaran berbasis hasil (RBP) telah diterima dari Green Climate Fund dan FCPF Carbon, begitu juga dengan komitmen dari Norwegia dan BioCF Carbon Fund,” ujar Menteri Siti.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Siti juga menyampaikan bahwa Indonesia telah memperbarui Strategi Nasional REDD+ 2021-2030 yang telah diserahkan ke Sekretariat UNFCCC. Strategi ini meletakkan dasar yang lebih kokoh untuk mencapai target bersyarat minus 140 Juta ton CO2e pada tahun 2030.

“Sesi Talk Show ini bertujuan untuk berbagi pandangan dan pengalaman beberapa negara dalam mengembangkan NDC yang lebih ambisius. Kami juga ingin belajar dari semua narasumber dan peserta tentang aksi-aksi yang dilakukan di tingkat nasional untuk mencapai tujuan global, termasuk tantangan yang dihadapi dan peluang yang dapat digali,” kata Menteri Siti mengakhiri sambutannya.

Mereka hadir.

Dalam acara itu,  sejumlah delegasi RI dan tokoh dunia hadir.  Dari Indonesia selain Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Laksmi Dhewanthi, sebagai salah seorang nara sumber taklshow, juga ada Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dan Menteri Kelautan dan Perikanan,  Sakti Wahyu Terenggono

Lainnya,  Chief Executive Officer Egyptian Environmental Affairs Agency, Ali Abo Sena; State Secretary of Climate Change, Sustainable Development and Innovation of the Ministry of Environment and Sustainable Development Republik Argentina, Cecilia Nicolini; dan COP26 Regional Ambassador to Asia-Pacific and South Asia, UK, Ken O’Flaherty. Jalannya talkshow dipandu oleh Penasihat Senior Menteri LHK, Effransjah.


Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat  mengatakan, dalam pengendalian perubahan iklim ini,  Lestari Moerdijat lebih menekan pentingnya peran  generasi muda  atau millennial.   “ Mereka  merupakan kunci perjalanan bangsa bahkan dunia kedepan, jadi dengarkan suara mereka, libatkan mereka secara aktif,” katanya  Lestari.

Selain itu, Lestari juga mengungkapkan kearifan lokal mesti menjadi gerakan global tatkala berhadapan dengan perubahan iklim. “Kearifan lokal dan budaya masyarakat adat memiliki potensi untuk merumuskan kebijakan yang transformatif, adaptif, inovatif dan berorientasi jangka panjang. Masyarakat adat dengan kearifan lokalnya juga memiliki tahapan penting dalam upaya “merawat bumi” sebagai rumah bagi setiap makhluk,”ungkapnya.

Di bidang kelautan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan,  Indonesia juga sedang mempersiapkan program ekonomi biru sebagai kontribusi yang signifikan terhadap NDC.

“Sejumlah langkah penting yang diambil yaitu perlindungan ekosistem karbon biru di kawasan lindung laut tertutup sebagai konservasi daerah, pembatasan armada kapal perikanan, rendahnya kegiatan budidaya emisi, dan perlindungan terhadap laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, bersifat konkret kontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca,” terangnya.

Sakti juga menekankan aksi kolaboratif untuk perubahan iklim membutuhkan pemimpin untuk memandu tindakan.
Oleh karena itu, Paviliun Indonesia temanya adalah Aksi Iklim yang Lebih Kuat Bersama-sama. “Kami mengajak setiap bangsa untuk berkolaborasi dalam menyelamatkan bumi dan berbagi tujuan bersama,” katanya.