Mangrove sebagai Solusi Perubahan Iklim Nasional

Agenda Indonesia

Kita tahu pastinya, di dalam pertemuan dunia tersebut akan dihadiri oleh banyak pihak, membicarakan kepedulian mereka terkait isu perubahan iklim.

Saat ini Indonesia mempunyai agenda Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dan Nationally Dertemined Contribution (NDC).

Baca juga: Kebutuhan Pangan Meningkat, Inovasi Sawit Jadi Keharusan

NDC merupakan komitmen setiap negara pihak terhadap Persetujuan Paris.

Dokumen NDC menetapkan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia, yakni sebesar 29 persen tanpa syarat (dengan usaha sendiri) dan 41 persen bersyarat (dengan dukungan internasional yang memadai) pada tahun 2030.

Sehingga hal ini selarasa dengan agenda Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.

Saat ini Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) terus mempercepat rehabilitasi mangrove guna mendukung pemerintah dalam upaya mencapai target NDC.

Baca juga: IPOC 2022 Strategis bagi Industri Sawit guna Antisipasi Kebijakan dan Strategi Pemerintah Hadapi Dinamika Ekonomi Dunia

Lantas, apa hubungannya anatara target NDC, Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dengan restorasi ekosistem dan mangrove?

Mangrove merupakan ekosistem yang memegang peranan sangat penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Agenda restorasi mangrove merupakan kontribusi dukungan terhadap visi Presiden Joko Widodo yang menargetkan rehabilitasi mangrove di seluruh Indonesia seluas 34.000 hektare.

Tentunya dalam proses rehabilitasi dan restorasi ekosistem dan mengrove tidak akan mudah dilaksanakan.

Baca juga: Astra Agro Kampanyekan Kebaikan Kelapa Sawit pada Para Siswa Sekolah Dasar

Seperti kegiatan penanaman mangrove terdapat kendala, misalnya jarak, kondisi agak jauh dari tempat kita, sekitar hampir 5 kilometer, jalanannya juga berlumpur.

Selain itu kondisi cuaca, belum lagi faktor alam seperti pasang dan surut air laut.

Mangrove ini bukan hal mudah yang kalau ditanam itu langsung tumbuh, sehingga harus ada pemeliharaan.