Gambut Dalam Kondisi Baik
Selain itu dilakukan pengamatan emisi karbon secara rutin, hasilnya juga berada dalam rentang yang sewajarnya.
Terjaganya lahan gambut secara baik akan memberikan dampak yang positif dalam produktivitas kelapa sawit.
Hal tersebut ditandai dengan baiknya penyebaran akar tanaman, tidak terlihat gejala keracunan, pertumbuhan optimal dan efisien dalam penyerapan hara.
Ditandai dengan produktivitas tanaman mencapai potensi hasil, baik secara yield, bobot tandan dan jumlah tandan per pokok.
Baca juga: KLHK: Restorasi Mangrove Harus Selaras dengan Kepentingan Ekonomi Lokal
Tentunya teknis agronomi kelapa sawit lahan gambut agak berbeda dengan lahan mineral.
Pengkajian dosis pupuk optimal di lahan gambut penting dilakukan, perawatan, pemanenan dan pengendalian hama penyakit.
Ketika gambut tidak dikelola dengan baik, maka tanaman akan mengalami cekaman.
Contohnya, apabila tinggi muka air jauh dari permukaan (1 meter) maka terjadi keracunan senyawa pirit yang ditandai dengan menguningnya daun sawit.
Baca juga: Analisis Ahli, Perusahaan-Perusahaan di G7 Bakal Gagal Penuhi Perjanjian Iklim Paris
Lahan gambut yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit secara ekologi merupakan kegiatan restorasi.
Karena jika tidak digunakan sebagai perkebunan sawit, hutan-hutan gambut yang sudah dieksploitasi akan menjadi semak belukar tidak terkelola dan termanfaatkan.
Tanaman kelapa sawit dapat berfungsi menyerap karbon sehingga mengurangi emisi karbon ke lingkungan.
Selain itu lahan gambut akan meningkat nilainya baik secara ekonomis dan ekologis, dengan adanya kelapa sawit sebagai produk komoditas pertanian yang potensial.
Baca juga: Indonesia Dorong Kesetaraan Dalam Sertifikasi Pengelolaan Hutan
Semua itu dapat terwujud apabila lahan gambut yang dikelola untuk perkebunan kelapa sawit menerapkan pengelolaan berkelanjutan dengan memeperhatikan aspek ekologi, lingkungan, produksi dan sosial budaya masyarakat. (*)
Fendri Ahmad, S.P., M.Si.
Agronomy Researcher PT Astra Agro Lestari Tbk
