TROPIS.CO – JAKARTA, Manajemen Astra Agro Lestari Tbk sangat menjunjung tinggi asas kelestarian dalam mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawitnya. Berbagai aturan yang dituangkan pemerintah berkaitan dengan keberlanjutan, dan komitmen perusahaan dalam rancangan Indonesia Sustainable Palm Oil – ISPO, tetap dipatuhi dalam upaya memberikan jaminan kepada semua pembeli,bahwa produk Astra Agro Lestari sangat ramah lingkungan.
Sehingga berbagai isu yang dilansir Friends of The Earth ( FoE), salah satu NGOs Internasional, bahwa dalam aktivitasnya Astra Agro Lestari, telah merusak lingkungan dan melanggar HAM suatu tuduhan yang tidak mendasar dan tak memiliki bukti empiris di lapangan.
“Tuduhan yang dilontarkan FoE hingga memaksa Nestle SA untuk memblokir produk kami, sangat tidak mendasar, sungguh kami sangat serius menjalankan kebijakan Keberlanjutan yang sudah kami komitmenkan,” tegas Topan Mahdi, Senior Vice President of Communications and Public Affair Astra Agro Lestari, di Jakarta, Sabtu (2/10).
Sebelumnya tersiar kabar di Bloomberg, informasi tentang permintaan Nestle, perusahaan makan international asal Swiss, agar semua perusahaan pemasoknya tidak membeli minyak sawit produk Astra Agro Lestari. Permintaan ini karena desakan FoE, lantaran perusahan perkebunan yang dirintis taipan Willam Soerjadjaja ini, dalam aktivitasnya telah merusak lingkunan dan melanggar HAM.
“ Nestle SA bukan pembeli langsung minyak sawit dari anak-anak perusahaan Astra Agro,”ungkap Topan Mahdi. Walau tidak merinci satu persatu siapa saja pembeli produk Astra Agro Lestari, namun Topan menyebutkan, bahwa sebagian besar produk Astra Agro Lestari memang berorientasi ekspor – yang antara lain; ke Tiongkok, India, Timur Tengah, dan sebagian juga ke kawasan Eropa. “Nah dar buyer buyer kami di luar negeri ini, baru kemudian ke user, termasuk juga Nastle ,”tutur Topan lagi.
Lagi pula, lanjutnya Topan, materi yang disampaikan oleh FoE yang menjadi dasar rencana pemblokiran Nestle tersebut, merupakan isu lama yang sudah terklarifikasi di tahun-tahun saat kejadian.
Manajemen Astra Agro juga menegaskan tidak pernah melakukan kriminalisasi kepada masyarakat seperti yang dituduhkan FoE. Dalam kasus pencurian/penjarahan buah sawit di perkebunan perusahaan pada Maret 2022 saat harga sawit sedang tinggi-tingginya, yang menjadi dasar tuduhan FoE, Astra Agro menyerahkan sepenuhnya proses hukum terhadap pelaku kepada pihak yang berwajib sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, tanpa pengaruh dari Astra Agro atau anak perusahaannya.
Sebagai perusahaan yang beroperasi di Indonesia, Astra Agro tunduk dan patuh dengan seluruh peraturan perundangan yang berlaku. Perseroan juga telah melaksanakan kebijakan keberlanjutan dengan prinsip tidak melakukan deforestasi, konservasi lahan gambut dan menghormati Hak Asasi Manusia. Saat ini, anak-anak perusahaan Astra Agro juga telah mendapatkan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Kinerja Perseroan Secara operasional PT Astra Agro Lestari Tbk (Perseroan) merasakan dampak positif dari perkembangan kondisi[1]kondisi di atas. Seperti juga di tahun sebelumnya kondisi operasional berlangsung relatif normal walaupun pembatasan pergerakan untuk masuk dan keluar dari area operasional masih dilakukan melalui protokol kesehatan yang ketat guna meminimalkan potensi paparan Covid-19 di dalam area kebun.
Astra Agro lestari merupakan salah satu kelompok usaha perkebunan sawit terbesar di Indonesia. Saat ini, kelompok usaha yang dinakhodai Santosa, mengelola kebun kelapa sawit seluas 286.727 hektar. Dan ini terdiri atas, 214.498 hektar kebun inti, dan 72.229 hektar kebun plasma. Dari luasan tersebut, disebut Topa Mahdi, ada sekitar 22.473 hektar berupa tanaman yang belum menghasilkan.
“ Tahun lalu, produksi CPO Astra Agro Lestari, mencapai 1,47 juta ton,”kata Topan Mahdi. Dibanding tahun sebelumnya, 2021 sedikit lebih baik. “ Ya ada kenaikan sekitar 3,1%, hanya memang, kenaikan ini lebih banyak dipengaruhi oleh kenaikan produksi kebun plasma,mencapai 9,3 persen, sementara kebun inti, turun cukup signifikan mencapai 11 persen,”ujarnya.
Dari sisi produksi TBS, kebun inti Perseroan mengalami penurunan sebesar 11,0% dan kebun plasma Perseroan mengalami peningkatan sebesar 9,3% sehingga sepanjang tahun 2021 kebun inti Perseroan menghasilkan 3,22 juta ton TBS dan kebun plasma Perseroan sebesar 1,10 juta ton TBS akibat dampak cuaca kering yang berlanjut dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun kemarin, Astra Agro Lestari, mampu membukukan pendapatan bersih sekitar Rp 24,32 trilliun. Lebih tinggi 29,3% ketimbang kurun sebelumnya yang hanya Rp 18,81 triliun. Tingginya pendapatan ini, dikatakan Topan Mahdi, lebih dipengaruhi perkembangan harga CPO di pasar global. Dalam rupiah, harga rata rata CPO tahun 2021, Rp 11.294/ kg, sementara tahun sebelumnya, hanya dalam kisaran Rp 8.545/kg.
Komitmen Perseroan dalam melaksanakan seluruh kegiatan operasionalnya melalui Tata Kelola Perusahaan Yang Baik juga tetap dipegang teguh mengacu pada seluruh peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia