Farmasi Harus Bertransformasi dari Industri Kimia ke Industri Hijau

TROPIS.CO, JAKARTA – Industri farmasi harus bertrnsformasi dari industri farmasi berbasis kimia ke industri farmasi hijau atau yang ramah lingkungan. Hal ini diungkapkan Plt Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito.

“Sangat penting untuk berbicara tentang konsep farmasi hijau. Dari sisi industri, produk farmasi saat ini sebagian besar dikembangkan dari bahan kimia dasar. Transformasi untuk menjadikannya green atau ramah lingkungan sangat penting untuk keberlanjutan,” ujar Warsito di Jakarta, Selasa, saat menghadiri sesi gugus tugas T20 bertajuk “Green Pharmacy’s Role in Supporting Global Health Architecture” secara virtual.

Pihak Kementerian Perindustrian mengapresiasi konsep farmasi hijau yang disampaikan Ahli Farmakologi Biomulekular Dexa Group Raymond Tjandrawinata yang menyebut bahwa farmasi hijau bukan hanya transisi dari kimia ke herbal, tapi membuat bahan obat menjadi kembali ke alam.

“Terus terang berdasarkan obat kimia maupun herbal, industri kita ingin membuat peta jalan untuk Indonesia. Penting bagi semua pihak dari hulu hingga hilir untuk melakukan kolaborasi dengan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi,” tutur Warsito.

Menurut Warsito, farmasi hijau adalah konsep cerdas, di mana pada tahun kedua, ketiga, Indonesia harus membuat rencana aksi untuk mewujudkannya.

“Jadi, kita rumuskan rencana aksinya, tentang apa, di mana dan bagaimana kita dapat mempercepat ini untuk mengarungi dinamika global saat ini,” jelas Warsito.

Sementara itu, Raymond memaparkan ketika bicara farmasi hijau atau green pharmacy, yang perlu dilihat adalah pada perspektif lingkungan dan ekologi.

Menurut Raymond, obat-obatan kimia sangat berharga bagi manusia, bahkan seperti yang disebutkan dalam banyak penelitian itu memperpanjang hidup, menurunkan angka kematian, meningkatkan kelangsungan hidup pasien. “Jadi dampak yang sangat besar dari produk kimia ada di sana. Apa yang kita lakukan sekarang sebenarnya berbasis obat-obatan kimia,” ujar Ramond.

Raymond melanjutkan, yang perlu diingat bahwa ada juga beberapa dampak dari obat-obatan kimia. Misalnya, mulai dari riset dan pengembangan manufaktur, distribusi, konsumsi, bahkan hingga pengelolaan limbah, di mana obat-obatan jenis itu memiliki beberapa dampak terhadap lingkungan.

Salah satunya, tambah Raymond, ada beberapa penelitian yang menemukan serapan obat-obatan di makanan. Kedua, produk obat-obatan kimia dapat berada di air minum akibat pencucian ke air tanah.

“Jadi bagaimana kita bisa mengelola air limbah dengan baik, sehingga paparan manusia terhadap obat-obatan bisa lebih rendah. Itulah gagasan tentang bagaimana obat-obatan sebenarnya tidak hanya dapat meningkatkan kelangsungan hidup manusia tetapi juga mengurangi paparan manusia dari limbah,” jelas Raymond.

Jika, Raymond menyampaikan bahwa ketika berbicara tentang green pharmacy dalam jumlah besar, maka yang akan mendapat keuntungan tidak hanya produsen, perusahaan, pasien dan dokter, tetapi juga para petani yang memiliki kemampuan menanam sesuai dengan praktik agrikultur yang baik.

“Setelah bahan baku diproduksi, kami mengolahnya dengan GMP dan digunakan ke dalam formularium nasional dan diresepkan untuk pasien. Kita berterima kasih kepada green pharmacy yang memberikan banyak harapan bagi kita di masa depan,” tutur Raymond.