Berkaca dari Pertemuan Bali, Negara Besar Cenderung Ingkari Kesepakatan Iklim di Paris dan Glasgow

TROPIS.CO, BALI – Negara-negara besar cenderung mengingkari kesepakatan tentang perubahan iklim yang pernah dibuat di Paris dan Glasgow. Hal ini diungkapkan delegasi iklim Inggris Alok Sharma usai mengikuti pertemuan tingkat menteri bidang lingkungan hidup dan iklim, negara anggota G-20 atau Joint Environment and Climate Ministers’ Meeting (JECMM) di Bali, akhir Agustus 2022.

Pada Paris Agreement yang muncul sejak 2015 dan diperbaiki pada 2016, sekitar 200 negara sepakat andil dalam mengurangi emisi gas maupun faktor lain yang menyebabkan perubahan iklim. Konvensi ini berada di bawah naungan UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change).

Tiap negara terbuka saling mendukung dan memberi fasilitas yang dibutuhka guna kelancaran program Paris Agreement. Diantara bantuan fasilitas itu , bantuan finansial oleh negara maju kepada negara terbelakang, transfer teknologi yang efektif dan efisien guna mengurangi emisi gas rumah kaca, peningkatan kapasitas negara berkembang.

Menurut Sharma yang juga presiden Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Glasgow (COP26), keberatan terhadap bahasan pada target iklim dan perang di Ukraina, mencegah komunike bersama dikeluarkan pada pertemuan tingkat menteri G20 di Bali.

“Tanggapan dari G20 yang menyumbang 80% dari emisi global sangat mengkhawatirkan,” kata Sharma.

“Tentu saja apa yang kami lihat adalah sejumlah negara yang mundur dari komitmen yang mereka buat di Paris dan di Glasgow,,” tambahnya, tanpa menyebut negara mana pun.

“Kecuali G20 bersedia untuk bertindak atas komitmen yang telah mereka buat di Glasgow, saya khawatir prospek menjaga 1,5 derajat dalam jangkauan akan hilang dengan sangat, sangat cepat,” kata Sharma.

Menurut hasil penelitian, menunjukkan bahwa peristiwa cuaca ekstrem seperti itu disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan hanya akan meningkat dalam tingkat keparahan dan frekuensi saat dunia mendekati ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Dalam komentar menjelang COP27 November di Mesir, Sharma mengatakan posisi yang diambil beberapa negara di Bali tidak dapat diterima.

“Para penghasil emisi besar benar-benar perlu melihat langsung negara-negara yang rentan terhadap iklim ini dan mengatakan bahwa mereka benar-benar melakukan segala yang mereka bisa untuk memenuhi komitmen yang telah mereka buat,” tegas Sharma.