Ine Aya’ – Suara Samar Rimba Angkat Isu Deforestasi ke Pentas Teater

Epik Klasik

Kedua epik klasik ini merupakan manifesto alam “avant-la-lettre”, yang memperingati kita akan penyalahgunaan alam.

Baca juga: Tak Ada Kaitan Deforestasi dengan Kelapa Sawit

Ada dua sumber inspirasi untuk Opera Ine Aya’ ini memiliki banyak kesamaan yaitu Epik Kayan Takna’ Lawe ‘ dan Der Ring des Nibelungen karya Richard Wagner.

Epik Kayan Takna’ Lawe ‘ dan Der Ring des Nibelungen karya Richard Wagner keduanya memiliki ‘pohon kehidupan’ yang membentang di seluruh bumi dan menyatukan semuanya.

Alkisah di pusat sebuah dunia, ada satu pohon besar yang menjadi tumpuan kehidupan.

Orang-orang Kayan di Kalimantan menyebutnya Kayo Ayo dan orang-orang yang mendiami Eropa Utara menyebutnya Yggdrasil.

Baca juga: Benarkah Sawit Penyebab Deforestasi?

Dewi penjaga hidup di pohon tersebut, ia disebut Ine’ Aya’ di Kalimantan dan dikenal sebagai Erda di Eropa Utara.

Ketika Dewa Langit Hingaan Jaan memburu binatang, Ine’ Aya’ geram dan menumbuhkan pohon banyan besar di sekelilingnya.

Sementara dalam kisah dari Eropa Utara, Wotan, terobsesi pada Pohon Kehidupan.

Ia menginginkan kekuatan dan rahasia alam sehingga Ine Aya’ menghukum Wotan dan membuat ranting dan batang pohon merambati dia hingga ia terpenjara.

Baca juga: Cabut DMO, DPO, dan Flush Out agar Ekspor Meningkat dan Harga TBS Petani Naik

Karena ia berusaha berontak terus maka lama-lama pohon itu mati.

Namun, generasi muda berusaha melindungi sang pohon dari serangan dunia luar.

Apakah pohon ini akan hancur seutuhnya? Atau, apakah kita bisa menyembuhkan si pohon dan memulai kembali kehidupan?

Penasaran dan mau tahu akhir kisahnya, mari kita tonton Ine Aya’ – Suara Samar Rimba. (*)