Ine Aya’ – Suara Samar Rimba Angkat Isu Deforestasi ke Pentas Teater

Kuota Tempat Duduk

Terlebih lagi, hingga rilis ini diturunkan, kuota tempat duduk pada seluruh pertunjukan di Pontianak dan Jakarta telah habis.

Ine Aya’ lahir di tengah pandemi yang melanda dunia.

Opera ini berakar dari riset tentang tradisi lokal di Kalimantan dan sebagian dari proyek ini dikembangkan di Mendalam, kampung yang didiami oleh orang-orang Kayan lewat dialog bersama penyanyi tradisi serta pemimpin spiritual di sana.

Baca juga: Ones Patiung, PEN Mangrove Menumbuhkan Kemandirian Masyarakat Pesisir

Setelah dua tahun pandemi, Ine Aya’ akhirnya bisa dipertontonkan di lokasi asal penelitian pertamanya, di Mendalam, Kalimantan.

Opera baru ini adalah kolaborasi antara sutradara Miranda Lakerveld dari World Opera Lab dan komposer Nursalim Yadi Anugerah dari Balaan Tumaan Ensemble.

Yadi adalah musisi yang sedang berkembang di Indonesia dan paham sekali mengenai kultur kebudayaan musik Kayan.

Ia mencari bentuk-bentuk baru untuk menampilkan musik warisan Kayan sehingga dapat disukai oleh khalayak.

Baca juga: Meski Lajunya Turun, Deforestasi masih Terjadi

Sutradara panggung Miranda Lakerveld sudah melakukan penelitian di tradisi musik-teater dari seluruh dunia dan membuat produksi opera mendunia seperti Turan Dokht di Iran dan Orfeo di India, tepatnya di Gujarat.

Ine Aya’ dipentaskan oleh tim internasional, dengan penampil dari Kalimantan, Belanda, Thailand, Iran dan Amerika Serikat.

Opera ini menggabungkan warisan kebudayaan Kayan dari Kalimantan yang kaya, terutama musik indah dari drama Takna Lawe’, hingga mitologi dan musik dari Ring des Nibelungen karya Wagner.