Zero Waste, Solusi Bersama Berperang Melawan Sampah

Langkah Mengelola Nol Sampah

Direktur American Environmental Health Studies Project (AEHSP) membawa pesan utama, Indonesia bisa mengatasi masalah sampah melalui sepuluh langkah, bukan dengan cara membakarnya seperti yang selama ini sudah lazim digunakan.

Baca juga: Salemba Bergerak, Alumni UI Desak Perubahan Iklim Serius Ditangani Sebelum Jadi Bencana

Profesor kimia lingkungan Paul Connett yang dikenal sebagai penggagas konsep nol sampah (zero waste), untuk 10 langkah untuk mengatasi masalah sampah berdasarkan hasil kajiannya.

Metode tersebut, menurutnya, berdasarkan pengalamannya selama lebih dari 30 tahun bergelut dengan isu sampah.

Namun, Paul Connett mengatakan, langkah tersebut juga disesuaikan dengan konteks lokal.

Apa yang sudah berhasil diterapkan di Amerika Serikat dan Kanada, misalnya, belum tentu bisa diterapkan di Indonesia.

Baca juga: Gakkum LHK kembali Tindak Pelaku Pembuangan Sampah Ilegal di Kabupaten Bekasi dan Kota Tangerang

Langkah yang ditawarkan Paul untuk menuju nol sampah tersebut mulai dari skala rumah tangga hingga rantai terakhir di tempat pembuangan akhir.

Lima langkah pertama, menurut Paul, lebih bersifat untuk mengurangi jumlah sampah yaitu memilah mulai dari rumah tangga, mengumpulkan dari rumah ke rumah, membuat kompos, mendaur ulang, serta memperbaiki dan menggunakan ulang (reuse).

Paul menambahkan, reuse atau menggunakan ulang merupakan adalah gerakan ekonomi yang melingkar.

“Dalam ekonomi linier, perubahan bentuk sampah adalah dari bahan mentah, produksi, penggunaan, lalu menjadi sampah. Dalam ekonomi memutar, ada produksi berkelanjutan, penggunaan berkelanjutan, dan mendaur ulang sampah,” terang Paul antusias.

Baca juga: Plastik Credit Solusi Pengurangan Sampah Plastik

Dicontohkannya, bagaimana langkah daur ulang sampah justru mendatangkan pendapatan baru bagi warga kota Los Angeles, Amerika Serikat.

Di beberkannya, sampah yang bisa didaur ulang di kota Los Angeles mencapai 72.000 ton dari total 3,6 juta ton sampah per tahun.

Namun, dari dua persen jumlah sampah tersebut, nilainya mencapai US$39,6 juta per tahun.

“Keberhasilan lima langkah pertama ini , bisa mengurangi sampah sampai 80 persen.”

Baca juga: Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim

“Dengan mendaur ulang sampah, warga mendapatkan manfaat ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memperoleh kesehatan yang lebih baik.”

“Hal ini berbeda dengan incinerator yang justru mengubah sampah menjadi racun dan asap,” ujar mantan guru besar St. Lawrence University, New York, yang terlibat dalam gerakan dan advokasi menolak pembakaran sampah sebagai solusi pengelolaan sampah mengingatkan.

Lima langkah berikutnya, terang penulis buku “The Zero Waste Solution: Untrashing the Planet One Community at a Time” ini , lebih pada tahap pengurangan residu yaitu adanya insentif ekonomi Dalam mendaur ulang sampah, inisiatif untuk mengurangi sampah, pemisahan fasilitas pengolahan sampah dan pusat riset nol sampah, serta desain produk yang lebih ramah lingkungan.

Dalam hal inisiatif mengurangi sampah, Paul memberikan contoh Pemerintah Irlandia yang memberikan pajak 15 sen pada tas belanja plastik.

Baca juga: Kontribusi Nyata Penerapan Ekonomi Sirkuler Dalam Pengelolaan Sampah

Dalam setahun, menurutnya, sampah plastik langsung berkurang hingga 92 persen.

Dia juga memperlihatkan Kota Gottenburg di Swedia yang membuat taman daur ulang yang memamerkan bahan-bahan dari sampah.

Langkah-langkah pengurangan sampah tersebut juga berhasil di beberapa negara, seperti Italia dan Amerika Serikat.

Di Italia, dia memberikan contoh, sudah ada lebih dari 1.000 komunitas telah membuat alih rupa sampah (diversion) hingga 70 persen.

Baca juga: Komunitas Surplus Berjuang Kurangi Sampah Makanan

Komunitas lain bahkan mencapai 90 persen. Paul menegaskan, untuk keberhasilan dalam menerapkan sepuluh langkah menuju nol sampah diperlukan kerja keras dan pendidikan berkelanjutan.