Kebutuhan Pangan Meningkat, Inovasi Sawit Jadi Keharusan

Dukungan BPDKS

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mendukung pengembangan riset sawit termasuk bidang pangan sesuai amanat Perpres Nomor 66 Tahun 2018 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Arfie Thahar, Kepala Divisi Pelayanan BPDKS, menjelaskan terdapat tujuh bidang kelompok riset yaitu budi daya, pasca panen dan pengolahan, pangan dan kesehatan, bioenergi, oleokimia dan biomaterial, lingkungan serta sosial, ekonomi, bisnis manajemen dan pasar.

Kegiatan penelitian dan pengembangan sawit bertujuan meningkatkan produktivitas, sustainability, penciptaan produk atau pasar baru dan meningkatkan kesejahteran petani.

Jumlah dana riset disalurkan BPDPKS mencapai Rp389,3 miliar kepada 235 bidang penelitian sepanjang periode 2015 hingga 2021.

Baca juga: Begini Tantangan Peremajaan Sawit Rakyat di Tanah Air

Riset ini meliputi 48 bidang bioenergi, sembilan bidang pasca panen, 26 riset budidaya, 17 bidang pangan dan kesehatan, 37 bidang olekimia dan biomaterial, 61 bidang sosial ekonomi,  dan 37 bidang lingkungan.

Arfie menuturkan program riset BPDPKS menjalin kerja sama dengan 70 lembaga penelitian dan pengembangan  termasuk perguruan tinggi dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Selain itu, ada 840 peneliti, 346 mahasiswa, 201 publikasi yang terlibat dalam riset BPDPKS.

”Dari program riset ini dihasilkan 42 paten dan enam buku,” ujar Arfie.

Baca juga: Demi Penuhi Kebutuhan Masyarakat, Pemerintah dan Pemangku Kepentingan Minyak Sawit Harus Bekerja Sama

Sahat Sinaga, Pelaksana Tugas Ketua Umum Dewan Sawit Indonesia, menjelaskan bahwa kampanye negatif sawit sudah berlangsung semenjak 1980-an.

Harga sawit yang kompetitif selalu dikaitkan dengan kualitas.

Tuduhan rendahnya kualitas minyak sawit selalu digaungkan negara produsen minyak nabati lain sebab harga minyak nabati lain lebih tinggi US$200 per ton daripada sawit.

“Kalau ada tuduhan harga sawit murah lalu kualitasnya rendah, itu tidak benar,” ungkapnya.

Baca juga: Begini Tantangan Peremajaan Sawit Rakyat di Tanah Air

Sahat juga menjelaskan banyak orang tidak tahu bahwa kandungan gizi minyak sawit setara dengan air susu ibu (ASI) maka itu dalam industri susu digunakan juga sawit ini.

Dalam upaya meningkatkan kualitas minyak sawit telah ada inovasi seperti Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap (PMTU).

Sahat menjelaskan pengolahan dengan teknologi tanpa uap akan membuat kandungan klorin yang mengandung senyawa karsinogenik dari proses pemurnian CPO yang menghasilkan refined, bleached, deodorized (RBD) olien dapat memenuhi standar pasar internasional.

Manfaat lain pengoperasian PMTU lebih efisien dan ramah lingkungan.

Baca juga: GAPKI Ingatkan Larangan Ekspor CPO dan Turunannya Berdampak Buruk Jika Berkepanjangan

“Pengoperasian teknologi PMTU dapat dijalankan melalui skema korporasi petani di 26 provinsi sehingga posisi tawar petani akan meningkat terutama dari aspek harga tandan buah segar (TBS) sawit,” pungkas Sahat. (*)