TROPIS.C0, JAKARTA – Banyak program yang telah dilakukan Danone Indonesia dalam upaya menekan meningkatnya timbulan sampah di tanah air. Selain menarik kembali sampah plastik kemasan, kini Danone mulai melirik generasi muda sebagai target edukasi pengurangan sampah dari sekolah, melalui program Sampaku Tanggung Jawabku- SAMTAKU, suatu program edukasi bagui gebnerasi muda bersama dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Danone Indonesia, produsen minuman ringan Aqua, selalu mendapat aspirasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, atas komitmennya menekan dan mengurangi timbulan sampah plastic bekas kemasan. Dalamn 2 tahun terakhir, Danone Indionesia telah berhasil menarik kembali, geklas dan botol PET paska konsumsi, dalam kisaran 12.000 hingga 15.000 ton pertahunnya. Dan, Danone Indonesia, merupakan perusahaan comsumer goods yang mulai mengikuti tahapan pengurangan sampah plastik dan kertas oleh produsen, sesuai peta jalan yang telah dirancang dalam Peraturan menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.75/2019.
Bersama Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Danone Indonesia, telah merancang program pembinaan, agar terwujudnya generasi muda peduli sampah, melalui program edukasi “ Sampahku Tanggung Jawabku” (SAMTAKU).
Kesepakatan untuk bekerjasama dengan BP2SDM Kementerian LHK, telah ditandatangani Vera Galuh, Vice President General Secretary, Danone Indonesia, dan Cicilia Sulastri, Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BP2SDM Kementerian LHK. Ade Palguna Ruteka, Plt Sekretaris Badan P2SDM, hadir menyaksikan penandatangan kesepakatan itu, Di Jakarta, Senin (31/1).
Dengan kerjasama ini, PT Tirta Investama yang merupakan kelompok usaha Danone Indonesia, dan BP2SDM, segera menyiapkan dan menyebar-luaskan modul edukasi lingkungan SAMTAKU. Ada sejumlah tujuan yang hendak diwujudkan melalui program SAMTAKU ini.
Kata Vera Galuh, mendorong terwujudnya generasi muda peduli dan berbudaya lingkungan hidup, khususnya dalam pengelolaan sampah. Mendorong kontribusi program edukasi Samtaku, dalam mendukung pembinaan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah, atau PBLHS. Diharapkan melalui pembinaan, program pembinaan gerakan PBLHS, bisa lebih efektif dan optimal.
Tentu tak sebatas itu, melalui pembinaan itupun, terjadi peningkatan efektivitas integrasi edukasi dalam mendukung penerapan Perilaku Ramah Lingkungan Hidup atau PRLH. Sekaligus, memperluas sebaran penerapan integrasi SAMTAKU di Indonesia. Terutama oleh warga sekolah yang selama ini telah menjadi peserta program Adiwiyata. “Edukasi lingkungan SAMTAKU terdiri atas modul SAMTAKU untuk siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama dan Atas atau sederajat,”Jelas Vera Galuh.
Adapun target dari berbagai langkah ini, lanjut Vera, terjadinya peningkatan nilai tambah, berupa sirkuler ekonomi, bagi warga sekolah maupun masyarakat pada umumnya, sebagai hasil dari pengelolaan sampah.
Karenanya, melalui program SAMTAKU ini, generasi muda, diajak mampu menerapkan perilaku ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Dan ini, mulai dari mengelola sampah dengan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Pemahaman dan prilaku generasi muda sudah sangat pro lingkungan. Misalnya, minuman langsung dari rumah dengan memanfaatkan tempat yang bisa dipakai berulangkali. Dan ketika berbelanjapun, membawa dan menggunakan tas belanja yang bisa dipakai berulangkali, bukan jenis tas yang sekali pakai.
Tidak hanya itu, terhadap merekapun diajak berpikir kreatif, menggunakan sampah untuk keperluan yang bermanfaat. Mendaur ulang sampah, atau memilah dan mengumpulkan sampah, kemudian menyerahkan kepada pihak lain, untuk didaur ulang hingga menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Bahkan, merekapun mulai ditumbuhkan pemahaman atau berprilaku hemat listrik dan air, menggunakan sarana transformasi ramah lingkungan. “Mereka juga kita ajak untuk menanam dan memlihara pohon atau tanaman, agar suasana lingkungan terasa segar dan sehat,”kata Vera Galuh lagi.
Sangat strategis.
Dalam kesempatan itu, Ade Palguna menegaskan betapa sangat strategisnya genrasi muda dalam membangun lingkungan hidup yang selalu bersih, hijau dan bebas polusi. Terlebih di tahun tahun mendatang, disaat memasuki era bonus era bonus demografi, di mana usia produktif (15-64 tahun) mendominasi jumlah penduduk di dalam negeri.
“Generasi muda, dalam beberapa tahun mendatang, akan menjadi angkatan produktif dan menjadi pemegang keputusan di berbagai bidang dalam berbagai tingkatan,”kilah Ade Palguna. Dengan demikian, betapa strategisnya membangun generasi muda agar menjadi generasi yang tangguh, berkarakter, kreatif dan siap membela lingkungan Indonesia,” lanjut Ade.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kata Ade, dalam melakukan pembinaan genrasi muda agar lebuih peduli terhadap lingkungan , memang sudah melakukan sejumlah program. Sebut saja misalnya, pelatihan perilaku ramah lingkungan bagi peserta didik dan pendidik TK, SD, SMP dan SMA. Atau juga, pelatihan calon Kader LHK dan pelatihan Saka Kalpataru dan Saka Wanabakti bagi Pramuka Penegak dan Pandega.
Selain, melaksanakan program pembinaan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan di Sekolah, lomba kreasi dan inovasi di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan siswa-siswa sekolah Adiwiyata, serta fasilitasi generasi muda dalam aksi di bidang lingkungan.
“Melalui berbagai kegiatan tersebut, KLHK berupaya meningkatkan kompetensi generasi muda sehingga mampu berperan nyata dan aktif dalam mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan, mengelola sumber daya hutan secara lestari, menumbuhkan Job Creation serta nilai ekonomi”, tutur Ade Palguna Ruteka.
Ade punya alasan, mengapa segmennya generasi muda. Kata dia, bahwa kini jumlah generasi muda terus meningkat. Bila 2014, ada sekitar 61,83 juta orang, tapi pada 2025, diprediksi bakal mencapai 69,4 juta orang. Dan pada saat ini, Indonesia telah memasuki era bonus demografi, di mana usia produktif (15-64 tahun) mendominasi jumlah penduduk di dalam negeri.
“Hasil Survei Penduduk Antar Sensus, 2015, bahwa 2021 kemarin, telah menjadi puncak puncak bonus demografi di Indonesia, di mana 60 tenaga kerja produktif mendukung 100 penduduk,”kata Ade lagi.
Sensus penduduk 2020, lanjutnya, telah menguatkan SPAS’ 2015 ini. Dari sekitar 270,2 juta penduduk Indonesia, sekitar 27,94% diantaranya didominasi generasi Z. Lalu, 25,87 % oleh generasi milenial. Dan sekitar 21,87 % atau sekitar 58,65 juta jiwa, generasi X, generasi 1965 – 1980.