Harga TBS Terjun Bebas, SAMADE Kritik Keras Pemerintah

Pematokan harga jual CPO sebesar Rp9.300 per kilogram di pasar domestik dapat membuat harga tandan buah segar (TBS) sawit petani rakyat terjun bebas. Foto: TROPIS.CO/Jos
Pematokan harga jual CPO sebesar Rp9.300 per kilogram di pasar domestik dapat membuat harga tandan buah segar (TBS) sawit petani rakyat terjun bebas. Foto: TROPIS.CO/Jos

TROPIS.CO, PEKANBARU – Petani punya sawit, pemerintah yang dapat nama harum. Pemerintah enggak mengerti soal sawit dan suka mengorbankan petani sawit.

Itulah beberapa kritikan yang disampaikan para petani sawit swadaya yang tergabung dalam Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE), Sabtu (29/1/2022), menanggapi kebijakan soal pembatasan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan olein serta pematokan harga jual CPO sebesar Rp9.300 per kilogram di pasar domestik yang disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhamad Lutfi, Kamis (27/1/2022).

“Pemerintah tidak mengerti kalau dalam industri perkebunan sawit, 40 persen stakeholder-nya adalah para petani sawit swadaya.”

“Kebijakan pemerintah sangat menekan harga TBS produksi petani swadaya,” kata Tolen Ketaren, Ketua Umum DPP SAMADE.

Lain halnya jika kebijakan pembatasan ekspor diberlakukan untuk komoditas batu bara yang stakeholder-nya 100 persen adalah pengusaha dan punya banyak unit bisnis.

Tolen mengaku benar-benar mencemaskan efek samping kebijakan itu.

Baca juga: Yang Dicabut Bukan HGU Tapi Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan

Ia takut kebijakan yang disampaikan Mendag tersebut dijadikan oleh Dinas Perkebunan di setiap provinsi untuk membuat patokan harga CPO Rp9.300 per kilogram saat merumuskan harga tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit.

“Alamat ributlah petani sawit semua, kalau harga CPO atau olein dipatok begitu maka harga TBS petani pasti ditekan abis,” kata Tolen.

Hendri Cen, pengurus DPP SAMADE lainnya, melihat hal ini sebagai pemaksaan dari pemerintah kepada para pengusaha sawit agar mau jual rugi produksi turunan sawit yang mereka hasilkan.

“Pengusaha dipaksa jual rugi kira-kira apa ada yang mau yah? CPO dia beli, dia produksi, tapi dipaksa jual lebih murah oleh pemerintah,” kata Hendri Cen.

Ia heran melihat sikap pemerintah yang tak mempertimbangkan beban yang ditanggung oleh pengusaha sawit, seperti beban pajak dan gaji para pekerja perusahaan sawit, dan hal itu nanti akan berimbas ke petani sawit.

“Dia (Mendag M Lutfi -red) kira CPO itu tinggal diciduk seperti nguras sumur lalu tinggal kurangi keuntungan.”

“Gak tau dia bagaimana rasanya melihat air mata petani,” sindir Hendri Cen.

Ia memprediksi mulai Sabtu (29/1/2022) terjadi penurunan harga TBS minimal sebesar Rp200 sampai Rp300 per kilogram.

“Tinggal tunggu SMS saja dari pihak PKS,” kata Hendri Cen. ***