COP-4 pertama Minamata tentang merkuri sukes diselenggarakan Indonesia secara virtual, dihadiri 900 peserta dari 135 negara. Semua sepakat; menghilangkan illegal trade merkuri, dan mendorong pentingnya penggunaan dana GEF dalam mengimplementasi program Konvensi Minamata. Indonesia mendesak negara maju memperhatikan kepentingan negara berkembang, dalam hal kapasitas dan transfer teknologi.
TROPIS.C0 – JAKARTA, Suksesnya Indonesia dalam menyelenggarakan Conference Of Parties – COP-4 pertama Minamata tentang Merkuri secara virtual, Senin hingga Jumat, pekan pertama Nopember ini, kian menyakinkan para perwakilan 135 negara peserta, bahwa penyelenggaraan COP-4 kedua yang berlangsung di Bali, 21 -25 Maret tahun depan secara in person, bakal jauh lebih sukses lagi.
Karenanya saat Indonesia menawarkan waktu pelaksanaan COP-4 kedua, 21 – 25 Maret 2022, sekitar 900 peserta, langsung merespon, walau ada diantara mereka, sebagian kecil menyarankan, COP-4 kedua, sebaiknya diselenggarakan secara hybrid. Namun terhadap mereka, mampu diyakinkan, Indonesia kini jauh lebih baik dan Bali sebagai tempat diselenggarakan kegiatan, pun sudah kian terjaga,
Kendati demikian, kepada mereka pun disampaikan, bahwa sebagai tuan rumah, Indonesia juga menyiapkan semua keperluan, sekiranya nanti dalam penyelenggaraan memang menuntut harus hybrid. “kita mengharapkan semua negara peserta datang secara in person, namun kita tetap mempersiapkan sekiranya hal tersebut dilaksanakan secara hybrid,” ujar Muhsin Syihab,pimpinan Delegasi Indonesia pada COP- 4 Minamata.
Sabtu (6/11), Muhsin Syihab bersama Presiden COP-4 Minamata Rosa Vivin Ratnawati, mengundang sejumlah wartawan, memaparkan hasil COP’4 pertama secara virtual. Dalam raut wajah kedua petinggi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Luar negeri itu, terkesan ada rasa bangga dan puas atas terselenggara lancarnya COP-4 Minamata. Dan raut wajah yang ceriah itu mengisyaratkan penyelenggaraan COP-4 Minamata tentang Merkuri ini, berlangsung sukses dan direspon sangat positif oleh semua peserta.
Walau memang dalam penyelenggaraan ini, diakui Rosa Vivin terdapat berbagai kendala, terutama saat dilangsungkan kegiatan karena secara online hingga sering terputus saat mereka memaparkan materi dan menyampaikan pendapat. “ Jadi ketika mereka menyampaikan paparan dan memberikan pendapat, berulangkali putus hingga tak tuntas apa yang mereka sampaikan, namun terhadap mereka langsung kita tindaklanjuti dengan email,”ujar Rosa Vivin.
Kendala lain, lantaran diselenggarakan secara virtual dan ini terbenturt dengan zone waktu yang berbeda disetiap negara. Dan sebagai host, Indonesia mengikuti zone waktu Eropa sehingga ada negara, harus mengikuti konperensi dini hari. Walau demikian, proses adopsinya berjalan dengan lancar. Bahkan acara penutupan COP 4.1 Konvensi Minamata yang semula diagendakan selesai pukul 23.45 WIB, berhasil rampung pada pukul 21.05 WIB.
Dalam COP-4 Minamata ini, peserta tidak hanya unsur pemerintahan tapi juga dari pengamat dan organisasi internasional. Dan mereka sangat mendukung apa yang disampaikan delegasi Indonesia berkaitan dengan dampak dari pemakaian merkuri, baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Karenanya, mereka pun juga sepakat untuk menghentikan illegal trade merkuri secara global.
Walau kata Rosa Vivin – yang juga Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, setiap isu yang disampaikan Indonesia di dalam forum itu, tidak begitu saja mereka terima. “ Tidak semua isu yang disampaikan langsung diterima forum, ada negosiasi yang cukup a lot hingga menyampaikan kesepakatan,”jelas Rosa Vivin.
“Saya ingin berterima kasih kepada para delegasi dari seluruh negara pihak Konvensi Minamata yang hadir pada pertemuan COP 4.1, dengan dukungan dan komitmen Anda yang berharga, kita berhasil menyelesaikan pertemuan ini dengan adopsi keputusan penting mengenai program kerja dan anggaran, serta menyepakati tanggal pertemuan selanjutnya (COP 4.2) pada 21-25 Maret 2022 di Bali, dengan memperhatikan perkembangan kondisi COVID-19, mengutamakan kesehatan, kenyamanan, dan keamanan seluruh delegasi,” ujar Rosa Vivien.
Rosa Vivien sangat mengapresiasi semua pihak yang telah ikut menyukseskan penyelenggaraan COP-4 pertama ini. “Terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan juga kepada Sekretariat Konvensi Minamata dan seluruh pihak yang telah bekerja keras tanpa lelah mensukseskan jalannya acara ini. Sampai jumpa pada pertemuan COP 4.2 di Bali. Let’s make mercury history!,” ujar Rosa Vivin.
Pimpinan Delegasi Indonesia yang juga Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Luar Negeri, Muhsin Syihab, menjelaskan, terdapat dua keputusan utama COP-4.1, yang pertama terkait tanggal pelaksanaan di Bali yaitu 21-25 Maret 2022, kedua terkait program kerja dan anggaran tahun 2022.
Proses negosiasi yang alot terjadi saat pembahasan mengenai program kerja dan anggaran selama empat hari pertama jalannya COP 4.1. Namun proses adopsi yang dilaksanakan pada sesi plenary berjalan lancar tanpa ada keberatan dari negara pihak. Adapun pada pembahasan agenda financial resources and mechanism Global Environment Facility (GEF), seluruh negara pihak menggarisbawahi pentingnya penggunaan dana GEF untuk mendukung implementasi Konvensi Minamata.
“Dalam sesi ini Indonesia juga mendorong agar memperhatikan kepentingan negara berkembang diberikan kapasitas dan transfer teknologi melalui program kerja dan anggaran untuk memberikan bantuan pada negara berkembang,” ujar Muhsin.
Khusus mengenai Deklarasi Bali, Indonesia mendapat banyak masukan, dukungan dan respon positif dari negara pihak yang hadir di sesi Special Consultation Session on Bali Declaration. “Saat ini, Pemerintah Indonesia menunggu masukan tertulis dari negara pihak terhadap 1st consolidated text of Bali Declaration untuk dilakukan konsolidasi lanjutan di bulan Februari 2022 mendatang” ucap Muhsin.