Potensi Blue Carbon Indonesia Sangat Besar

Dihadapan sekitar 300 mahasiswa dari 37 universitas, Menteri Siti Nurbaya paparkan betapa potensialnya cadangan Blue Carbon Nasional. Dengan luas kawasan mangrove 3,2 juta dan padang lamun 2 juta hektar, Imndonesia menyimpan 17% cadangan Blue carbon global.

TROPIS.CO – JAKARTA –  Dengan kemampuan menyimpan  Blue carbon  sebanyak  17%, masyarakat dunia telah menilai Indonesia, sebagai negara  yang sangat potensial  memproduksi Blue Carbon dunia dan pengembangan  Green carbon yang bersumber dari luasnya potensi hutan hujan tropis.

Karena potensi itu, menurut Menteri Lingkungan Hidup dan  Kehutanan, Siti Nurbaya, Indonesia memiliki peran sangat penting,   dalam mengurangi perubahan iklim global.

Blue  Carbon dari potensi  ekosistem  pesisir dan laut pun, dinilai sangat strategis dikembangkan. Lantaran itu, bila kemudian buikan suatu yang berlebihan bila,  Blue Carbon  mendapatkan  tempat khusus, agar perkiraan dan pelaporan emisi Gas Rumah Kaca – GRKnya, pada tingkat nasional  akan lebih akurat.

Pada saat ini, Indoenesia memiliki  kawasan mangrove seluas  3,2 juta hektar. Selain itu ada  padang lamun seluas  3 juta hektar.   Dan ini merupakan ekosistem pesisir yang dapat menyerap dan menyimpan karbon alami dalam jumlah besar dalam  waktu yang lama.

Kawasan Mangrove salah satu potensi yang memberikan kontribusi nyata dalam penurunan emisi gas rumah kaca, karena Presiden Jokowi sangat antusias memngajak masyarakat untuyk menanam mangrove.

Menteri  Siti melontarkan itu dihadapan  300 mahasiswa dari 37  perguruan tinggi Indonesia, dalam  Webinar Indonesia Youth’s Determination to Reinforce  Clean  Energy and Climate Action, di Jakarta, Rabu (6/10)

Tidak hanya itu, lanjutnya,  Blue  Carbon dari potensi  ekosistem  pesisir dan laut pun, sangat strategis dikembangkan. Karena itu, Blue Carbon hendaknya mendapatkan  tempat khusus, sehingga perkiraan dan pelaporan emisi Gas Rumah Kaca – GRKnya, pada tingkat nasional  akan lebih akurat.

Blue Carbon memiliki peran penting,  dalam  proses  inventarisasi  GRK, karenanya pula, sudah harus ada pembedaan antara ekosistem Blue Carbon dan ekosisten  hutan daratan.  “Mangrove merupakan salah satu ekosistem Blue Carbon yang memiliki nilai ekonomi  yang sangat tinggi,”tandas Menteri Siti Nurbaya.

Nilai ini, menurutnya,  bukan hanya dari kemampuan mangrove dalam menyerap karbon, tapi juga ada jasa lingkungan  yang dapat diberikan.  Dan ini berupa; pencegah abrasi dan kenaikan  tinggi muka laut, industri perikanan, dan ekowisata. ” Ekosistem  Blue  Carbon menyediakan  barang dan  jasa lingkungan dengan spektrum yang lebar,”ujar Menteri  Siti Nurbaya lagi.

Betapa pentingnya  karbon bagi Indonesia dan  dunia, sehingga dalam  kerangka peraturan  dan tata kelolanya, perlu disusun berdasarkan  data dan informasi yang handal. Memerlukan  political will yang kuat agar dapat mencapai tujuan  agenda dan nasiomal.

“Sebagai negara yang rentan terhadap dampak buruk  perubahan iklim, dan berkontribusi nyata  terhadap emisi GRK, Indonesia berkomitmen  tinggi untuk mengurangi  GRK  global.”