2.394 Peserta Meriahkan SAWIT FEST 2021

Masa Krusial

Menurut Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Abetnego Tarigan, masa ini adalah masa yang krusial untuk semua, kendati masih dalam masa pandemi tidak menghentikan kreativitas para generasi muda dalam berkreasi untuk menghasilkan karya. Generasi milenial dan gen Z sampai sampai saat ini telah menapai 50 persen dari populasi di Indonesia, dengan kondisi ini akan berdampak pada pengembagan bangsa kedepan.

Dia menilai, saat menjadi pemapar dalam Anugerah Sawit Fest 2021, banyak kreativitas dan upaya dari para peserta untuk menghasilkan karya terbaik, tetapi juga dia mengingatkan jangan sampai hanya melihat sisi baiknya saja tetapi juga harus tetap kritis untuk melakukan pembenahan, reorganisasi dari para ganerasi muda untuk bisa mengembangka industry kelapa sawit.

“Kelapa sawit maampu menyerap sekirar 16 juta pekerja, dimana sebanyak 4,2 juta pekerja lagsung dan sekitar 12 juta pekerja tidak langsung,” tutur Abetnego.

Senada dikatakan Direktur Kemitraan BPDP-KS, Edi Wibowo, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, Indonesia mampu meraih pendapatan devisa negara tahun 2020 dari sektor minyak sawit dan turunannya, sebesar US 21,04 miliar atau 13,58 persen terhadap neraca non migas. Besarnya pendapatan devisa negara dari sektor sawit ini, merupakan keberhasilan bagi seluruh pemangku kepentingan sawit nasional.

Pentingnya keberadaan minyak sawit bagi perekonomian nasional, telah berdampak positif terhadap bertumbuhnya ekonomi kerakyatan. Dari berbagai pelosok desa, kota/kabupaten, provinsi hingga pusat, geliat ekonomi sawit telah banyak memberikan manfaat luar biasa terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan bagi tujuan pembangunan nasional berkelanjutan (SDGs).

Industri sawit nasional dari hulu hingga hilir memiliki peranan penting bagi pembangunan nasional. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, tercatat empat aspek indikator. Pertama, menciptakan lapangan kerja sebanyak 4,2 juta orang pekerja langsung dan 12 juta orang pekerja tidak langsung.

Kedua, mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 persen dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Ketiga, berkontribusi terhadap perolehan devisa negara, rata-rata sebesar 13,5 persen dari ekspor non migas setiap tahunnya. Keempat, mendorong kemandirian energi melalui bahan bakar nabati atau biodiesel yang menghemat devisa impor solar senilai US$8 miliar per tahun.

Melalui keberadaan minyak sawit berkelanjutan yang mampu membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan manusia, dan menjaga harmonisasi sosial dan kelestarian lingkungan selaras dengan tujuan pembangunan nasional dalam menjaga harmonisasi people, profit dan planet (3P).

Sesuai pula dengan prinsip dan kriteria Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang secara mandatori telah dilaksanakan para pemangku kepentingan minyak sawit. Pembangunan kelapa sawit berkelanjutan berlandaskan ISPO, juga digadang-gadang akan menjadi senjata pamungkas dalam menangkal berbagai tudingan negatif terhadap minyak sawit.

“Melalui SAWIT FEST ini diharapkan menjadi momentum bagi tumbuhnya generasi muda yang akan menjadi perisai minyak sawit berkelanjutan Indonesia. Melalui kepedulian millenial ini, maka minyak sawit akan mendapat kekuatan penuh guna menjawab berbagai tudingan negatif selama ini,” kata Edi.

Lantas Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonsia (GAPKI) Joko Supriyono menyatakan, 10 tahun silam perspektif terhadap kelapa sawit masih sangat buruk, ada yang masih kelapa sawit bilang deforestasi, tidak sehat dan kampanye negatif lainnya. Padahal bicara sawit itu tidak main-main lantaran, produki kelapa sawit di Indonesia telah sangat besar, baik itu sebagai konsumsen dan eksportir terbesar di dunia.

“Kita sudah sebagai produsen sawit terbesar, oleh karea itu kita mengajak para generasi muda tidak hanya terbesar maka kita juga harus kuat. Kita juga harus menang bersang di pasar kenpa perlu emang bersang karena sainagannya banyak,” kata Joko.

Lebih lanjut ungkap Joko, ke depan tren kelapa sawit harus baik dan sustainable dan terus moving forward. Lantas perlu dipahami bahwa sawit itu adalah pertanian, jadi semua yang ditanam itu mesti sustainable “Sawit itu menghasilkan penghijauan dan menghasilkan oksigen, produksinya renewable bisa diperbaharui,” tuturnya.

Lantas, di mata Direktur PT Cisadane Sawit Raya Tbk Seman Suhenda, diharapakan tidak seperti di Malaysia yang perkebunan kelapa sawitnya dianggap 3D, yakni Dirty (kotor), Dangerous (bahaya) dan Degrading (merendahkan). “Sebab itu industri kelapa sawit di Malaysia seperti terhenti pengembangannya, dan sulit dalam memperoleh tenaga kerja,” jelas Seman.

Apalagi Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam mengembangkan sektor sawit ini, seperti berada di jalur khatulistiwa, memiliki iklim yang cocok dengan sawit, alhasil pohon menghasilkan produktivitas tinggi. “Sebab itu kenapa kita harus menolak sawit, semestinya itu menjadi berkah bagi Indonesia yang patut disyukuri,” ujarnya.

Seman berpandangan, salah satu dampak kelapa sawit yang buruk adalah banyaknya informasi yang salah mengenai kelapa sawit. Sebab itu banyak tugas yang harus dikerjakan terkait pembelajaran yang gamblang mengena sawit sesuai fakta kepada generasi muda. “Kita perlu melawan kampanye negative dengan cara-cara yang intelektual dengan memberikan infomasi sesuai fakta,” pungkas Seman. (*)