Kebijakan dan Sains perlu Diselaraskan

Dr. Mahawan Karuniasa, CEO Environment Institute dan Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, menilai bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang dan berubah, namun isu lingkungan global saat ini dan yang sedang berkembang menuntut kita untuk melakukan intervensi yang signifikan. Foto: Istimewa
Dr. Mahawan Karuniasa, CEO Environment Institute dan Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, menilai bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang dan berubah, namun isu lingkungan global saat ini dan yang sedang berkembang menuntut kita untuk melakukan intervensi yang signifikan. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Sekarang manusia menghadapi tantangan besar untuk mengatasi krisis iklim dan menghadapi isu-isu keberlanjutan global.

Kita semua sadar bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang dan berubah, namun isu lingkungan global saat ini dan yang sedang berkembang menuntut kita untuk melakukan intervensi yang signifikan.

Pernyataan tersebut disampaikan Mahawan Karuniasa, CEO Environment Institute dan Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, dalam sambutannya pada Webinar Lingkungan Internasional “Bridging Policy and Science for People, Planet, and Prosperity” yang diselenggarakan secara virtual, pada Rabu (15/9/2021), kerja sama antara Environment Institute, Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia, dan Jaringan Pakar Iklim Asia.

Acara dibuka oleh Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar. Ia mendesak pentingnya perubahan revolusioner di lembaga pendidikan atau penelitian dalam menghasilkan ilmu pengetahuan.

Webinar ini didukung oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Friedrich Naumann Stiftung (FNF), Climate Institute serta dihadiri oleh Tim Presidensi COP26, beberapa lembaga internasional, dan perwakilan negara antara lain dari Filipina, Thailand, Maroko, serta Indonesia.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyampaikan temuan terbaru bahwa ada kemungkinan perubahan suhu global rata-rata tahunan mencapai 1,5 derajad Celsius dalam setidaknya pada lima tahun ke depan.

Laporan dan pesan dari IPCC dan organisasi tingkat tinggi lainnya bukanlah sebatas mengingatkan, namun sebagai lampu merah bagi semua pihak untuk melakukan perubahan dalam semua aspek kehidupan sehari-hari.

Diskusi tersebut menggarisbawahi perlunya memperkuat koherensi dan keselarasan antara kebijakan dan ilmu pengetahuan dan untuk mengembangkan hubungan dua arah antara kebijakan dan ilmu pengetahuan.

“Literasi sains bagi pembuat kebijakan perlu ditingkatkan, juga di sisi lain memperkuat literasi dunia nyata bagi akademisi dan ilmuwan.”

“Kita perlu mengubah cara kita menghasilkan ilmu pengetahuan, dan kita juga perlu mengubah cara kita mengembangkan kebijakan agar sejalan dengan tantangan saat ini dan yang muncul untuk mencapai masa depan yang adil dan berkelanjutan,” pungkas Mahawan menutup pernyataannya. (*)