Nilai Ekspor Produk Sawit Indonesia US$ 2,188 Miliar pada Juni 2021

Ekspor produksi sawit bulan Juni 2021 mencapai 2.026 ribu ton atau 926 ribu ton (31,4 persen) lebih rendah dari ekspor bulan Mei 2021, tetapi secara YoY sampai dengan bulan Juni, ekspor minyak sawit 2021 adalah 1,8 persen lebih tinggi dari tahun 2020.Foto: TROPIS.CO/Jos
Ekspor produksi sawit bulan Juni 2021 mencapai 2.026 ribu ton atau 926 ribu ton (31,4 persen) lebih rendah dari ekspor bulan Mei 2021, tetapi secara YoY sampai dengan bulan Juni, ekspor minyak sawit 2021 adalah 1,8 persen lebih tinggi dari tahun 2020.Foto: TROPIS.CO/Jos

TROPIS.CO, JAKARTA – Nilai ekspor Indonesia bulan Juni 2021 mencapai US$ 18,55 miliar, naik US$ 1,62 miliar (+9,5 persen) dari nilai ekspor bulan Mei.

Nilai impor bulan Juni 2021 juga naik menjadi US$ 17,23 miliar, naik sebesar US$ 3 miliar (+21,08 persen) sehingga neraca perdagangan Juni 2021 turun menjadi US$ 1,32 miliar atau turun 51,1 persen dari pencapaian bulan Mei.

Nilai ekspor produk sawit bulan Juni turun menjadi US$ 2,118 miliar lebih rendah US$ 0,945 miliar atau turun 30,1 persen, dari bulan Mei.

Walaupun demikian, devisa dari ekspor sawit masih mencapai 11,4 persen dari total devisa ekspor, yang menunjukkan tetap pentingnya ekspor sawit bagi perolehan devisa negara.

“Turunnya harga merupakan salah faktor penyebab dan kemungkinan negara pengimpor mengurangi importasi karena masih tersedianya stok minyak nabati,” tutur Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), dalam keterangan persnya, Rabu (18/8/2021).

Harga rata-rata bulan Juni adalah US$ 1.054/ton jauh lebih rendah (-15,1 persen) dari harga bulan Mei yang mencapai US$ 1.241/ton.

Secara volume, menurut Mukti, ekspor produksi sawit bulan Juni 2021 mencapai 2.026 ribu ton atau 926 ribu ton (31,4 persen) lebih rendah dari ekspor bulan Mei 2021, tetapi secara YoY sampai dengan bulan Juni, ekspor minyak sawit 2021 adalah 1,8 persen lebih tinggi dari tahun 2020.

Penurunan terjadi pada semua produk kecuali oleokimia.

Penurunan ekspor diduga karena pengusaha cenderung bersikap wait and see akibat volatilitas harga yang sangat tinggi.