TROPIS.CO, JAKARTA – Pakar kehutanan dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAGR, merespon positif strategi pemerintah dalam mewujudkan Net Sink Carbon, walau dia agak pesimistis target perwujudan itu bisa tercapai di tahun 2030.
Terlebih bila Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tidak melibatkan sektor lainnya, terutama sektor penduduk dan industri.
“Secara global, bila selama angka kelahiran selalu lebih besar dari pada angka kematian, Net Sink C pada suatu lahan kiranya sulit dicapai,” kata Prof Supiandi Sabiham saat dihubungi Tropis, Jumat (24/7/2021).
Menurut Ketua Himpunan Masyarakat Gambut Indonesia ini, upaya perwujudan itu harus diawali adanya penurunan di semua sektor yang berbasis lahan.
Bahkan, termasuk juga pada sektor pertanian yang di dalamnya termasuk kehutanan.
Sebab pada sektor pertanian, masih ada seguestrasi oleh tanaman yang diusahakan.
Dalam sektor penduduk, perlu meningkatkan usaha mengubah piramida usia muda menjadi piramida dewasa, dengan catatan bahwa skill harus terus ditingkatkan.
“Dalam hal perubahan penutupan lahan ini mempunyai hubungan erat dengan kenaikan penduduk pada piramida ekspansif,” ungkap Prof Supiandi lagi.
Sebagai langkah antisipatif, Prof Supiandi Sabiham menyarankan agar Indonesia belajar dari Tiongkok dan Jepang.
Walau diakuinya hal itu tidak mudah dilakukan Indonesia.
Pasalnya, kedua negara ini pernah menerapkan program zero growth untuk menekan laju pertumbuhan penduduknya sehingga untuk kasus di Indonesia memang harus lebih hati-hati.
Baca juga: Strategi Pengelolaan Karbon Biru di Indonesia