Diversifikasi Lindungi Petani Kopi Amstirdam dari Dampak Pandemi Covid-19

Dampak Pelatihan

Dampak pelatihan dan peningkatan kapasitas juga dirasakan oleh Yurniati, petani kopi perempuan asal Ampel Gading.

Saat ini, ia dan kelompok petaninya yang disebut dengan Sustainable Agriculture Business Cluster (SABC) Tawangagung memiliki unit usaha simpan pinjam bagi anggotanya.

“Dana usaha simpan pinjam ini dapat digunakan oleh anggota SABC untuk menjadi modal perkebunan mereka, atau bisa digunakan untuk kebutuhan keluarga, contohnya seperti pinjaman untuk biaya pengobatan Covid-19,” ungkap Yuniarti.

Sebagai Ketua SABC Tawangagung, Ampel Gading, ia mengatakan sebelum mendapatkan program pelatihan dan pendampingan, aktivitas yang dilakukan kelompok tani sangat kurang sekali.

Saat ini di bawah kepemimpinannya, kelompok tani dapat memproduksi dan menjual pupuk kompos yang dibuat bersama, hingga mendapatkan sertifikasi SDM Organik untuk produksi pupuknya.

“Saya sebagai perempuan merasa diberikan kepercayaan yang cukup baik dari pelatihan ini sehingga dapat mendorong petani perempuan lainnya untuk aktif dalam kegiatan serupa.”

Selain memproduksi pupuk, kelompok tani kami juga membuka usaha pembibitan kopi yang kami gunakan sendiri dan untuk dijual,” kata Yuniarti lagi.

Yayasan IDH dan PT Asal Jaya merespon baik atas dampak program pendampingan yang dirasakan petani.

“Kami senang sekali program kerja sama dengan PT Asal Jaya ini membuat para petani di Amstirdam mampu mengaplikasikan pelatihan dan keterampilan dalam kegiatan budi daya kopi.”

“Apalagi manfaatnya dapat mereka rasakan di saat pandemi seperti sekarang,” ujar Melati, Program Manager Yayasan IDH, dalam keterangan persnya, Kamis (15/7/2021).

Sebagai mitra lokal pertama Yayasan IDH untuk co-funding program kopi di Indonesia, Melati berharap akan ada

perusahaan lokal lainnya yang akan mengikuti jejak PT Asal Jaya untuk mereplikasi model ini.

Tujuannya agar mutu dan kesejahteraan petani dapat terus berkembang dalam sistem diversivikasi, pelatihan, dan peningkatan kapasitaspraktik pertanian yang baik.

Contohnya dari penanaman bibit kopi hingga teknik paska panen pada perkebunan petani kopi swadaya.

Sependapat dengan Yayasan IDH, Hariyanto, Direktur PT Asal Jaya mengatakan bahwa untuk mencapai peningkatan mutu biji kopi dan kesejahteraan petani, tidak bisa dilakukan oleh beberapa pihak saja.

Perlu dukungan berbagai pihak yaitu dari pemerintah daerah, asosiasi industri kopi seperti Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI) sebagai pembuat kurikulum pelatihan serta penyediaan pelatih petani kopi, pihak swasta, dan tentunya petani sebagai objek utama.

“Kerja sama berbagai pihak terbukti berbuah manis, dimana saat ini petani kopi di Amstirdam masih bisa bertahan di tengah pandemi dan masih dapat terus mengembangkan produktivitasnya.”

“Meski sempat terjadi hambatan ekspor di awal pandemi, namun permintaan pasar internasional, khususnya biji kopi robusta di Eropa sudah kembali normal dengan kecenderungan tren yang terus meningkat,” pungkas Hariyanto. (*)