Peran BPDPKS Dorong Petani Kelapa Sawit Suplai Bahan Baku Biodiesel

Peranan BPDPKS

Di sinilah, peranan BPDPKS akan menjadi bagian dari kebijakan yang melindungi masyarakat luas, khususnya petani kelapa sawit.

Pelaksana Tugas Kepala Divisi Lembaga Kemasyarakatan Civil Society BPDPKS, Sulthan Muhammad Yusa, mengatakan bahwa sampai saat ini sektor perkebunan kelapa sawit terus berkembang kendati berada dalam masa pandemi Covid-19.

Bahkan dalam kajian yang dilakukan perguruan tinggi di Indonesia, Universitas Jambi dan Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Universitas Wageningen, perkebunan kelapa sawit bisa menjawab isu Sustainable Development Goals (SDGs).

Jadi BPDPKS akan terus berupaya mendorong perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.

Lantas, dengan dinamika pergerakan harga CPO dan minyak dunia saat direncanakan penyerapan biodiesel pada tahun 2021 mampu sebanyak 9,2 juta kiloliter.

“Diperkirakan kebutuhan dana insentif akan jauh lebih tinggi pada tahun 2021,” ujar Yusa dalam FGD Sawit Berkelanjutan Vol 8, bertajuk “Peranan BPDPKS Mendorong Petani Kelapa Sawit Suplai Bahan Baku Biodiesel,” Kamis (10/6/2021), yang diselenggarakan InfoSAWIT di Jakarta.

Menurutnya, guna menjaga keberlanjutan program energi baru dan terbarukan (EBT) melalui Mandatori Biodiesel, pemerintah juga telah menyesuaikan tarif PE melalui PMK 191/2020.

Karena itu untuk kebutuhan Program Mandatori Biodiesel yang terus meningkat setiap tahun, perlu dibarengi dengan peningkatan produktivitas kebun sawit agar kebutuhan bahan baku biodiesel sawit dapat terpenuhi di masa mendatang.

BDPKS memproyeksikan produksi CPO dan stok tahun 2021-2025 akan mencapai 52,30 juta ton  sampai 57,61 juta ton, rata-rata naik sebesar 4 persen per tahun.

Sementara kebutuhan biodiesel untuk program B30 tahun 2021-2025 diperkirakan sebesar 8,34 juta ton hingga 9,66 juta ton (8,85 juta kiloliter sampai 11,65 juta kiloliter) rata-rata naik sebesar 5 persen per tahun.

Dengan konsumsi domesti yang stagnan (minyak goreng dan produk oleokimia), Indonesia memerlukan produk hilir yang mampu menyerap stok CPO yang tinggi di tahun-tahun mendatang, yang saat ini dapat ditingkatkan yaitu penggunaan sawit sebagai EBT.

Ke depan, tutur Yusa, pihaknya akan mendorong Palm Oil for Renewable Energy: Next Program, yakni melibatkan petani dalam rantai pasok biodiesel sawit. Selain pengembangan biodiesel dengan teknologi fatty acid methly ester (FAME) juga sedang dikembangkan biodiesel berbasis hydrogenisasi atau kerap disebut biohidrokarbon, yang bisa menghasilkan green diesel, green gasoline, dan green fuel jet (Avtur).

Pengembangan ini akan melibatkan petani dan akan menggunakan teknologi yang bisa diimplementasikan dengan skala tidak besar dan menguntungkan petani kelapa sawit.

“Kita perlu mendorong program yang bermanfaat bagi petani yang memang membutuhkan,” kata Yusa.

Saat ini pengembangan itu masuk dalam program industrial vegetable oil (IVO), dimana pilot project yang dilakukan berada di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Program ini hasil kerja sama dengan Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia (MBI), PT Kemurgi Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).