Startup Energi Dorong Kemajuan Industri Lokal

Dampak Positif bagi Masyarakat Indonesia

Menurutnya, keberadaan startup diharapkan mampu memprakarsai proyek energi terbarukan, menggairahkan iklim investasi sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia.

“Yang penting inisiatif ini berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca, konsekuensi perubahan iklim yang mengancam mata pencaharian global dan juga mengurangi kerentanan ketergantungan energi dan beban keuangan atas impor minyak,” tutur Dadan.

Ia menyatakan, keberadaan proyek EBT (energi baru terbarukan) dapat mengimbangi hilangnya pekerjaan dari penurunan industri ekstraktif dan menciptakan lapangan kerja padat karya.

Misalnya, setiap pembangunan satu unit pembangkit PV (photovoltaic) surya membutuhkan dua kali lipat pekerja dibandingkan dengan pembangunan pembangkit batu bara atau gas alam.

Demi terwujudnya ekosistem startup energi, Dadan mendorong para pekerja sektor EBT meningkatkan keterampilan dan skill.

“Tanpa pekerja terlatih dan berpengalaman, penggunaan energi terbarukan mungkin terlewat,” tegasnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh sektor publik dalam mendukung start up energi bersih, seperti memberikan program pelatihan vokasi yang terintegrasi dengan kurikulum energi terbarukan, memberikan bantuan teknis, memastikan retensi tenaga terampil dan berpengalaman, serta mengembangkan rantai pasokan lokal.

“Sektor EBT tidak hanya membutuhkan profesi teknis, tetapi juga perencana dan administrator, seperti pengacara dan spesialis keuangan,” pungkas Dadan.

APEC Workshop on Achieving Business Sustainbility for Clean Energy Startups (EWG 02 2020A) merupakan salah satu project proposal yang disetujui pendanaannya oleh APEC dan merupakan proyek pertama Kementerian ESDM yang didanai sejak berdirinya APEC (Asia Pacific Economic Cooperation).  (*)