Perubahan Iklim Mengancam Sepertiga dari Produksi Pangan Global

Dua Skenario Masa Depan

Dua skenario masa depan untuk perubahan iklim digunakan dalam studi ini: satu dimana emisi karbon dioksida dikurangi secara radikal, membatasi pemanasan global hingga 1,5 hingga 2 derajat Celcius, dan satu lagi dimana emisi terus meningkat tanpa henti.

Para peneliti menilai bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi 27 tanaman pangan terpenting dan tujuh ternak yang berbeda, memperhitungkan berbagai kapasitas masyarakat untuk beradaptasi terhadap perubahan.

Hasilnya menunjukkan bahwa ancaman mempengaruhi negara dan benua dengan cara yang berbeda di 52 dari 177 negara yang diteliti, seluruh produksi pangan akan tetap berada di ruang iklim yang aman di masa depan.

Ini termasuk Finlandia dan sebagian besar negara Eropa lainnya.

Negara-negara yang sudah rentan seperti Benin, Kamboja, Ghana, Guinea-Bissau, Guyana, dan Suriname akan terpukul keras jika tidak ada perubahan yang dilakukan, hingga 95 persen dari produksi pangan saat ini akan berada di luar ruang iklim yang aman.

Yang mengkhawatirkan, negara-negara ini juga memiliki kapasitas yang jauh lebih sedikit untuk beradaptasi terhadap perubahan yang disebabkan oleh perubahan iklim jika dibandingkan dengan negara-negara Barat yang kaya.

Secara keseluruhan, 20 persen produksi tanaman dunia dan 18 persen produksi ternak terancam berada di negara-negara dengan ketahanan rendah untuk beradaptasi terhadap perubahan.

Jika emisi karbon dioksida dikendalikan, para peneliti memperkirakan bahwa zona iklim terbesar di dunia saat ini – hutan boreal, yang membentang di utara Amerika Utara, Rusia, dan Eropa – akan menyusut dari 18,0 menjadi 14,8 juta kilometer persegi pada tahun 2100.

Bila kita tidak dapat mengurangi emisi, hanya sekitar 8 juta kilometer persegi dari hutan yang luas yang akan tersisa.

Perubahannya akan menjadi lebih dramatis di Amerika Utara: pada tahun 2000, zona tersebut mencakup sekitar 6,7 juta kilometer persegi – pada tahun 2090 mungkin menyusut menjadi sepertiga.

Tundra Arktik akan menjadi lebih buruk, diperkirakan akan hilang sepenuhnya jika perubahan iklim tidak dikendalikan.

Pada saat yang sama, hutan kering tropis dan zona gurun tropis diperkirakan akan tumbuh.

“Jika kita membiarkan emisi tumbuh, peningkatan di daerah gurun sangat mengganggu karena dalam kondisi ini hampir tidak ada yang bisa tumbuh tanpa irigasi.”

“Pada akhir abad ini, kita bisa melihat lebih dari 4 juta kilometer persegi gurun baru di seluruh dunia,” tutur Kummu.

Meskipun studi ini adalah yang pertama untuk melihat secara holistik kondisi iklim dimana makanan ditanam saat ini dan bagaimana perubahan iklim akan memengaruhi daerah-daerah ini dalam beberapa dekade mendatang, pesan yang mendesak terus digaungkan adalah dunia membutuhkan tindakan segera.

“Kita perlu mengurangi perubahan iklim dan, pada saat yang sama, meningkatkan ketahanan sistem pangan dan masyarakat kita.”

“Kita tidak dapat meninggalkan mereka yang rentan dan produksi makanan harus berkelanjutan,” pungkas Heino. (*)