Indonesia Targetkan Tambahan 16,7 Giga Watt Lewat Pembangkit EBT

Indonesia sebagai negara tropis sangat cocok dan punya potensi besar dalam mengembangkan EBT, terutama dari pemanfaatan energi matahari, mengingat penyinaran energi surya tersebut di Indonesia lebih panjang dibandingkan negara lainnya. Foto: Itera
Indonesia sebagai negara tropis sangat cocok dan punya potensi besar dalam mengembangkan EBT, terutama dari pemanfaatan energi matahari, mengingat penyinaran energi surya tersebut di Indonesia lebih panjang dibandingkan negara lainnya. Foto: Itera

TROPIS.CO, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menambahkan 16,7 Giga Watt (GW) dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) dalam kurun waktu 10 tahun sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2019-2028.

“Ada beberapa tantangan pengembangan pembangkit EBT ini,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada acara daring PLN International Conference on Technology and Policy in Electric Power and Energy 2020.

Menurut Arifin, tantangan pertama adalah keekonomian EBT yang dinilai masih belum kompetitif dibandingkan dengan harga pembangkit berbahan bakar fosil.

“Harga EBT masih relatif lebih mahal dibandingkan pembangkit konvensional,” tegasnya.

Kedua, sifat pembangkit yang intermittent, seperti PLT Surya dan PLT Bayu sehingga memerlukan kesiapan sistem untuk menjaga kontinuitas pasokan tenaga listrik.

Baca juga: Berbagai Terobosan untuk Kembangkan Pemanfaatan Panas Bumi

Sebaliknya, pembangkit EBT yang least cost (ongkos rendah) dan faktor kapasitasnya bagus, seperti PLT Air, PLT Minihidro, dan PLT Panas Bumi, umumnya terletak di daerah konservasi yang jauh dari pusat beban, membutuhkan waktu relatif lama dalam pembangunan, mulai dari perizinan, kendala geografis, hingga keadaan kahar (longsor).

Menurutnya, untuk bioenergi, pengembangan pembangkit biomassa maupun biogas memerlukan jaminan pasokan feedstock selama masa operasinya.

Ia meyakini Indonesia sebagai negara tropis sangat cocok dan punya potensi besar dalam mengembangkan EBT, terutama dari pemanfaatan energi matahari, mengingat penyinaran energi surya tersebut di Indonesia lebih panjang dibandingkan negara lainnya.

“Sangat bisa (mengandalkan energi surya), karena negara tropis sehingga penyinaran matahari lebih panjang dari negara lain,” jelas Arifin dalam keterangan persnya, Kamis (24/9/2020).