Dewan Minyak Sawit Malaysia Kecam Laporan Bias oleh Ahli Biologi Eropa

Kritik terhadap minyak sawit hanya mencoba mendiskreditkan upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa minyak sawit lebih berkelanjutan. Foto: The Jakarta Post
Kritik terhadap minyak sawit hanya mencoba mendiskreditkan upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa minyak sawit lebih berkelanjutan. Foto: The Jakarta Post

TROPIS.CO, KUALA LUMPUR – Dewan Minyak Sawit Malaysia atau Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menuding seorang akademisi yang berbasis di Eropa membuat kritik yang tidak adil dan bias terhadap sertifikasi minyak sawit berkelanjutan.

Direktur Jenderal MPOB Ahmad Parveez Ghulam Kadir mengatakan akademisi, Roberto Cazzolla Gatti, gagal mengenali upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan industri untuk meningkatkan keberlanjutan minyak sawit.

Gatti adalah salah satu penulis makalah yang diterbitkan di jurnal Science of the Total Environment, yang mengkritik sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), dan menyebutnya sebagai “greenwashing” belum lama ini.

Dia mengatakan sertifikasi adalah upaya sia-sia untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan tanpa dasar.

Gatti mengklaim bahwa 99 persen basis pasokan minyak sawit di Kalimantan yang disertifikasi oleh RSPO berada di lahan yang berhutan sekitar 30 tahun lalu.

Baca juga: RSPO: Permintaan Minyak Sawit Berkelanjutan Tetap Sehat Selama Lockdown

“Ini adalah pandangan yang bias dan tidak adil membuat pernyataan menyeluruh dengan hanya melihat deforestasi dalam konteks 30 tahun terakhir.”

“Mengapa deforestasi hanya dipandang tidak produktif sekarang?”

“Selama ratusan tahun, negara-negara barat telah mengubah lahan hutan menjadi lahan untuk kegiatan pertanian, peternakan, dan industry,” kata Parveez seperti dikutip FMT News, Senin (7/9/2020).

Parveez mengatakan bahwa sementara beberapa kawasan hutan hujan non permanen yang diperuntukkan bagi pertanian telah dibuka untuk kelapa sawit, banyak perkebunan dibuka di lahan yang dikonversi dari lahan pertanian.

Demikian pula, banyak petani kecil juga telah mengubah lahan pertanian non kelapa sawit mereka menjadi budi daya kelapa sawit.

Parveez mengatakan setiap negara memiliki hak untuk mengembangkan ekonominya.