Sepanjang Januari hingga Juli 2020, Luas Karhutla Turun 53,1 Persen

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung Sugardiman mengungkapkan bahwa salah satu kunci sukses menurunkan Karhutla di tahun 2020 adalah berkat kerja sama yang apik antara KLHK, Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan TNI Angkatan Udara dalam melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Foto: TROPIS.CO/Jos
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung Sugardiman mengungkapkan bahwa salah satu kunci sukses menurunkan Karhutla di tahun 2020 adalah berkat kerja sama yang apik antara KLHK, Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan TNI Angkatan Udara dalam melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Foto: TROPIS.CO/Jos

TROPIS.CO, JAKARTA – Periode Januari hingga Juli 2019 tercatat area kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) seluas 137.007 hektare, sedangkan di periode yang sama pada tahun 2020, berdasarkan analisis citra satelit Landsat 8/OLI, Karhutla terjadi di area seluas 64.602 hektare sehingga terjadi penurunan luas Karhutla sebesar 53,1 persen.

Data tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung Sugardiman dalam kegiatan media briefing virtual yang mengangkat tema “Upaya Teknologi Modifikasi Cuaca dalam Pengendalian Karhutla”, di Jakarta, Jumat (14/8/2020).

Baca juga: Gapki dan Polda Kalsel Bekerja Sama Atasi Karhutla

“Sepanjang 1 Januari sampai 31 Juli 2020, Karhutla di tanah mineral seluas 47.668 hektare, sedangkan di tanah gambut seluas 16.934 hektare.”

“Karhutla di kawasan hutan seluas 35.004 hektare, lalu di di kasawasan areal penggunaan lain (APL) seluas 25.598 hektare,” ungkap Ruandha.

Fakta lain yang disampaikannya, berdasarkan citra Satelit Terra/Aqua (NASA), jumlah hotspot atau titik panas pada 1 Januari hingga 13 Agustus 2020 tahun 2019 mencapai jumlah 3.639 titik, sedangkan di periode yang sama pada tahun 2020, jumlah hotspot sebanyak 2.432 titik atau terjadi penurunan sebesar 66,83 persen.