Besar Potensi Rare Earth Element di Indonesia

Pertemuan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dengan Menteri Pertahanan Probowo Soebianto belum lama ini sempat menyinggung eksistensi logam tanah jarang atau rare earth element (REE) yang banyak terkandung di dalam perut bumi Nusantara.
Pertemuan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dengan Menteri Pertahanan Probowo Soebianto belum lama ini sempat menyinggung eksistensi logam tanah jarang atau rare earth element (REE) yang banyak terkandung di dalam perut bumi Nusantara.

TROPIS.CO, JAKARTA – Pertemuan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dengan Menteri Pertahanan Probowo Soebianto belum lama ini sempat menyinggung eksistensi logam tanah jarang atau rare earth element (REE) yang banyak terkandung di dalam perut bumi Nusantara.

Rare earth element atau logam tanah jarang merupakan salah satu komponen penting untuk pembuatan senjata.

REE merupakan mineral yang memiliki banyak fungsi dan potensi untuk berbagai industri hilir.

Meski namanya logam tanah jarang, tetapi keberadaannya relatif melimpah di kerak bumi.

Salah satu kawasan yang diindikasikan memiliki potensi besar terhadap unsur tanah jarang atau REE adalah Kepulauan Bangka Belitung.

Sayangnya, harga mineral ini ditentukan Singapura dan ini yang sempat diperbincangkan Menko Luhut dan Menhan Prabowo Soebianto.

Padahal Singapura, udaranya juga impor.

“Kenapa harga rare earth mesti ditentukan di Singapura?”

“Kenapa tidak di kita, Singapura udara saja dia impor, kita relakan itu,” ujar Luhut kepada wartawan usai Rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta,  Senin (22/6/2020).

“Kita dari tin (timah), kemarin saya bicara dengan Menhan, tin itu kita juga bisa ekstrak dari situ rare earth element,” ungkap Luhut.

Dan rare earth elements merupakan salah satu komponen penting untuk pembuatan senjata, tapi harga mineral itu ditentukan di Singapura.

Sampai dengan saat ini, Tiongkok menjadi salah satu produsen terbesar REE di dunia.

Pada 2019 saja produksi Tiongkok mencapai 132 ribu metrik ton atau setara dengan 61,9 persen dari total produksi 10 negara dengan output terbanyak di dunia.