Kearifan Lokal Dalam Konstelasi Perhutanan Sosial

Gua Ranuan di Kalimantan Selatan adalah salah satu kearifan lokal yang menjadi potensi ebsar dalam pengembangan Perhutanan Sosial. Foto: Istimewa
Gua Ranuan di Kalimantan Selatan adalah salah satu kearifan lokal yang menjadi potensi ebsar dalam pengembangan Perhutanan Sosial. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Badai pandemi Covid-19 masih belum berlalu, bahkan ada kekhawatiran terjadi gelombang kedua. Selain menanam disiplin dalam melewati tatanan kehidupan yang terasa “baru”, memperkuat daya adaptasi serta daya lenting, sepertinya itulah formula “vaksin” pandemi paling rasional saat sekarang.

Kemen LHK melalui kolaborasi Ditjen PSKL (Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan) dengan BP2SDM (Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) melaksanakan Pelatihan Pendamping Pasca Izin bagi Pendamping dan Petani Perhutanan Sosial.

Pelatihan ini dilakukan secara daring serentak di seluruh Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK). Mulai pada penghujung bulan April 2020, hingga sekarang bulan Juni 2020, pelatihan sudah masuk Gelombang ke V, dan akan segera masuk Gelombang ke VI.

Pelatihan Daring ini, selain bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pendamping serta petani hutan, juga untuk memberikan panduan serta membangun jalinan silaturahmi antara Kemen LHK dengan penggiat Perhutanan Sosial di tapak. Para ujung tombak Perhutanan Sosial.

Panitia pelaksana seperti sudah kehilangan kosa kata lelah, terus bersemangat, bahkan kesan saya pelatihan daring ini sudah menjadi satu alunan irama pekerjaan mereka. Para tutorpun tak luntur kadar semangatnya, bahkan lebih inovatif dalam merangkai materi pembelajaran serta kreatif ketika menyampaikannya ke peserta. Semua berlomba memberikan yang terbaik.

Pelatihan Daring ini tidak sekedar “bussines as usual”, tidak asal jadi-asal jalan. Disituasi pandemi, pelatihan ini bak genangan air ditelapak tangan ketika dahaga menyergap. Menyengarkan. Sehingga menularkan hawa semangat kepada banyak pihak.