Riau Sudah Sepekan Diguyur Hujan Buatan

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hujan buatan sudah berjalan sepekan dengan prioritas kawasan gambut di Riau dan sekitar 17,1 juta m3 air lahan berhasil diguyurkan hingga menambah tinggi muka air tanah. Foto: KLHK
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hujan buatan sudah berjalan sepekan dengan prioritas kawasan gambut di Riau dan sekitar 17,1 juta m3 air lahan berhasil diguyurkan hingga menambah tinggi muka air tanah. Foto: KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Dalam sepekan pertama dilakukan hujan buatan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di kawasan Riau, telah berhasil menurunkan air pada daerah gambut rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sekitar 17,1 juta m2.

“Dan, angka 17,1 juta m2 air adalah hasil rekayasa hujan, jadi hujan alami di luar titik wilayah penyemaian tidak kita klaim.”

“Jumlah ini cukup berhasil menaikkan tinggi muka air tanah (TMAT) dari level bahaya ke aman,” ungkap Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) Basar Manulang di Jakarta, Rabu (20/5/2020).

Rekayasa hujan mulai berhasil membasahi gambut dengan intensitas sedang pada kawasan di Kepulauan Meranti, Siak, Bengkali, Pelalawan, dan Indragiri Hilir.

Sebelumnya, kawasan gambut di berbagai wilayah ini TMAT-nya telah menunjukan level  siaga bahkan bahaya.

Baca juga: Juni, Indonesia Terima Dana Senilai Rp840 Miliar Lebih dari Norwegia

“Rekayasa hujan ini bagian dari upaya pencegahan, bukan pemadaman sarena sifatnya pencegahan maka kita lakukan di musim hujan mumpung masih ada awan hujan,” tutur Basar.

Menurutnya, program ini hanya dilakukan pada daerah tertentu saja dengan prioritas gambut dan ada awan hujannya.

Kegiatan ini dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Upaya ini dilakukan atas rekomendasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) karena melihat potensi pembentukan awan hujan masih besar.

Rekayasa hujan ini dilakukan KLHK guna mengisi embung, kanal, dan membasahi gambut agar tidak kering saat nanti masuk musim panas yang diprediksi mencapai puncaknya pada periode Juni hingga Agustus.

Direktur Pengendalian Karhutla, Basar Manulang, saat memantau kondisi hotspot di sejumlah daerah rawan Karhutla.

“Kami mendapatkan instruksi dari Ibu Menteri LHK, gambut harus dibasahi sebagai upaya pencegahan Karhutla di Provinsi Riau.”

“Rekayasan hujan ini bagian dari ikhtiar, selain kerja tim lapangan di darat yang setiap hari selalu melakukan patroli dan ground check hotspot,” ucap Basar.

Dia menejelaskan, pelaksanaan rekayasa cuaca di Provinsi Riau dijadwalkan selama 15 hari kerja, terhitung dari tanggal 14-28 Mei 2020 mendatang.

Hingga tanggal 20 Mei di Provinsi Riau, telah dilakukan enam sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl sebanyak 4,8 ton.

“Berdasarkan citra satelit TRMM, rekayasa hujan telah menghasilkan 17,1 juta m2 air yang turun pada daerah-daerah dengan potensi awan hujan terbesar.”

“Diharapkan dengan pasokan air yang cukup di kanal, embung, serta gambut selalu basah maka ancaman Karhutla di Provinsi Riau dapat berkurang,” ujar Basar.

Selain membasahi gambut sebagai aspek pencegahan, diharapkan dengan adanya tambahan pasokan air di kanal dan embung hasil dari rekayasa cuaca akan memudahkan tim darat mendapatkan pasokan air untuk melakukan pemadaman bila terjadi kebakaran.

KLHK bersama dengan tim satuan tugas (Satgas) lainnya dibantu para mitra, memprioritaskan rekayasa hujan pada berbagai lokasi di provinsi-provinsi yang sangat rawan Karhutla seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan untuk wilayah Sumatera.

Rekayasa hujan dilakukan dengan pesawat Casa A-2107 milik TNI AU yang membawa garam dan menyemainya di sekitar awan hujan dengan ketinggian sekitar 10.000-12.000 feet.

Dengan pesawat Casa A-2107 milik TNI AU yang membawa garam dan menyemainya di sekitar awan hujan dengan ketinggian sekitar 10.000-12.000 feet.

Menyemai garam dengan mendekati awan jenis Cumulus memiliki resiko tinggi.

Kru pesawat akan berusaha secepatnya menyemai garam dan tidak jarang harus berhadapan langsung dengan faktor cuaca yang sulit diprediksi.

Berdasarkan data satelit, jumlah hotspot di Provinsi Riau tanggal 1 Januari hingga 20 Mei 2020, tercatat 271 titik dengan confident 80-100 persen.

Baca juga: Antisipasi Kemarau, Kinerja Tampungan Air Dioptimalkan

Jumlah ini menurun bila dibandingkan pada periode sama tahun lalu yang mencapai 503 titik.

”Saat ini tidak terdata ada hotspot. Mudah-mudahan kita bisa menjaga dengan kerjasama tim yang solid.”

“Pesan Ibu Menteri LHK pada kami, meski dalam suasana Covid-19, pekerjaan lapangan apalagi yang berkaitan dengan antisipasi Karhutla harus terus dilakukan.”

“Seluruh tim darat dari Manggala Agni sampai hari ini juga tetap bekerja dengan tetap menerapkan protokol Covid-19, kami terus bekerja dengan semangat demi Merah Putih,” pungkas Basar. (Trop 01)