Kelompok Tani di Kaki Gunung Merapi Produksi Bawang Goreng Seharga Rp75 Ribu Per Kilogram

Produk bawang goreng yang dihasilkan oleh kelompok tani Kelompok Tani Hutan (KTH) Serba Usaha Merapi I mampu dijual seharga Rp75.000 per kilogram. Foto: Istimewa
Produk bawang goreng yang dihasilkan oleh kelompok tani Kelompok Tani Hutan (KTH) Serba Usaha Merapi I mampu dijual seharga Rp75.000 per kilogram. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, BOYOLALI – Di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di Boyolali, usaha masyarakat dalam menjalankan roda perekonomian lokal mendapat dukungan penuh dari Balai taman nasional Gunung Merapi sebagai pemangku kawasan.

“Dukungan ini merupakan bentuk nyata dari cara pandang baru pengelolaan kawasan konservasi dengan menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan yang akan berjalan berdampingan dengan pengelolaan alam yang lestari,” kata Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno, Sabtu (16/5/2020).

Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini yang melemahkan semua sendi kehidupan masyarakat sehingga jalinan erat kerja sama dan gotong royong antara pemangku kawasan dengan masyarakat tersebut perlu semakin diperkuat.

Baca juga: Progam CSR PT SAL Berdampak Positif Bagi Orang Rimba

“Hal ini untuk memastikan semua pihak mampu melewati masa-masa sulit ini dengan selamat dan alam tetap terjaga.”

“Sebagai contoh kerja sama dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) Serba Usaha Merapi I dari Desa Wonodoyo, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah,” tutur Wiratno.

KTH ini telah menjadi binaan Balai TN Gunung Merapi sejak tahun 2008.

Produk yang dihasilkan oleh kelompok tani berupa bawang goreng yang saat dijual seharga Rp75.000 per kilogram.

Nyono Wahyono, tokoh masyarakat penggiat konservasi, mengungkapkan dukungan penuh dari Balai TN Gunung Merapi dalam upayanya mengembangkan tanaman kopi arabika di lereng Merapi sisi Timur, tepatnya di Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

Nyono Wahyono membudidayakan dan menjual kopi arabika Merapi dalam bentuk green bean seharga Rp 120.000 per kilogram.

Usaha kopi ini digelutinya berbekal tanaman kopi arabika warisan turun temurun leluhurnya yang dibudidayakan di daerah penyangga TN Gunung Merapi.

“Kita bina mereka sejak mengembangkan budidaya bawang hingga mendapatkan pasarnya.”

“Hasil yang didapat dari penjualan bawang goreng ini mampu mencukupi  kebutuhan ekonomi harian masyarakat, terutama di saat pandemi Covid-19.”

“Keduanya patut dibantu agar tetap berdaya dan produktif di masa pandemi ini,” ujar Pujiati, Kepala Balai TNGM.

Dirinya juga menegaskan jika bawang serta kopi arabika merapi hasil dari masyarakat tersebut merupakan komoditas yang tidak merusak hutan karena ditanam di lahan perkebunan yang mereka miliki.

“Corona tidak menurunkan semangat kami untuk mempertahankan roda perekonomian, kami tetap memproduksi bawang goreng dengan pendapatan yang tidak berubah,” ujar Sumardi, Ketua Kelompok Serba Usaha Merapi I.

Dua komoditas ini diketahui juga mempunyai manfaat yang baik untuk kesehatan.

Baca juga: Kesuksesan di Balik Persiapan yang Singkat

Kopi arabika Merapi dan bawang goreng dapat meningkatkan imun tubuh yang diperlukan untuk melawan Covid-19.

Upaya ini juga dalam rangka agar masyarakat tetap produktif, mempunyai ketahanan pangan dari rumah masing-masing untuk bersama-sama menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Melalui program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk diversifikasi produk seperti bawang goreng dan kopi arabika Merapi, maupun bentuk kemitraan konservasi dengan pemberian akses pengambilan rumput di zona tradisional TNGM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, ternyata dapat mempertahankan perekonomian masyarakat sekitar kawasan TNGM sehingga masyarakat sejahtera dan kawasan hutan tetap dapat terjaga dengan baik. (Trop 01)