KLHK Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kaledupa Wakatobi Melalui Budi Daya Lobster Mutiara

Lobster mutiara mempunyai harga 1 kg sekitar Rp1.200.000 dan pasarnya sangat terbuka. Foto: KLHK
Lobster mutiara mempunyai harga 1 kg sekitar Rp1.200.000 dan pasarnya sangat terbuka. Foto: KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Dalam upaya mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Mantigola dan Desa Horuo Kecamatan Kaledupa, melalui Balai Taman Nasional (TN) Wakatobi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah memfasilitasi dan mendukung permodalan masyarakat untuk pengembangan budi daya lobster mutiara.

Peluang pengembangan komoditas ini  masih sangat terbuka dengan adanya potensi lahan perairan di Desa Horuo dan Desa Mantigola yang hingga saat ini belum dikembangkan optimal.

Karenanya, bersama Forum Kemitraan Nelayan, Balai TN Wakatobi hadir sebagai pendamping masyarakat nelayan dalam pengoptimalan pengembangan potensi lobster mutiara itu,

“Dukungan melalui Kemitraan Konservasi ini diharapkan mampu mendorong ekonomi untuk kesejahteraan dan kelestarian kawasan TN Wakatobi,” ujar Darman, Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi, dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (14/5/2020).

Bentuk dukungan nyata yang kini dilakukan Balai TN Wakatobi, berupa permodalan awal senilai Rp 50 juta untuk pembelian bibit dan pakan lobster, serta bahan bagunan  pembuatan keramba atau rumah budi daya.

Adapun pembangunan dilakukan  bersama anggota kelompok masyarakat.

“Kegiatan keramba kini sudah berjalan hampir lima bulan, dan dijadwalkan Agustus besok panen perdana.”

“Bibit yang dilepas berjumlah 115 ekor dengan berat total bibit sekitar 25 kilogram dengan target panen satu ekor 1 kilogram, dengan harga Rp 1.200.000 per kilogram,” tutur Darman.

Dalam program ini, Balai TN Wakatobi berupaya menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam pengelolaan kawasan konservasi dan pengelola kawasan.

Dengan demikian keberadaan masyarakat Desa Mantigola dan Desa Horuo adalah mitra sejajar KLHK.

“Keterikatan masyarakat terhadap alam khususnya di Wakatobi atau Kawasan Konsevasi, sudah berjalan sejak mereka berdiam di tempat itu.”

“Hanya sayang, berbagai potensi yang ada di dalam kawasan itu, belum memberikan nilai tambah optimal, bagi kesejahteraan masyarakat setempat.”

“Sebagai contoh, pengelolaan kawasan perairan laut di Pulau Kaledupa yang sudah cukuop tinggi.”

Namun dirasa masih kurang efektif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga agar ini bisa lebih optimal, kita akan support berbagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat,” ujar Darman.

Melalui program ini, dia mengharapkan dapat mengubah cara berpikir nelayan agar tidak lagi tergantung pada penangkapan alam tapi secara bertahap mulai beralih kepada budi daya.

Melalui budi daya lobster mutiara ini, Darman menyakini, peningkatan pendapatan penduduk akan berhasil secara nyata.

Lobster mutiara merupakan hewan konsumsi air laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Keistimewaan lainnya adalah rasa daging yang gurih dan lezat dan permintaan pasar yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri.

Peluang pembudidayaan masih sangat terbuka dengan adanya potensi lahan perairan di Desa Horuo dan Desa Mantigola dan belum dilakukan secara optimal. (Trop 01)