Devisa Sawit Dewa Penyelamat Defisit Neraca Perdagangan Triwulan Pertama

Direktur Eksekutif PASPI Tungkot Sipayung menyatakan, industri kelapa sawit menyelamatkan ekonomi Indonesia. Foto: Istimewa
Direktur Eksekutif PASPI Tungkot Sipayung menyatakan, industri kelapa sawit menyelamatkan ekonomi Indonesia. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Kendati ekonomi global tak bergerak karena terdampak pandemi Covid-19, industri sawit Indonesia mampu menjadi dewa penyelamat defisit neraca perdagangan sekaligus menjadi sumber pendanaan dalam pencegahan dan penanggulangan pandemi di Tanah Air.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir Palm Oil Agribusiness Startegic Policy Institute (PASPI), pertenghahan pekan ini, nilai ekspor minyak sawit dan produk turunannya, secara akumlatif pada triwulan pertama, Januari hingga Maret tahun ini, telah mencapai US$5,3 miliar atau sedikitnya Rp80 triliun dengan kurs dolar Rp 15.000.

Dengan nilai devisa sebesar ini, menurut Direktur Ekskutif PASPI Tungkot Sipayung, nilai neraca perdagangan Indonesia terselamatkan.

“Andai tak ada sawit, neraca perdagangan mengalami devisit sekitar US$2,7 miliar dolar,” ujarnya di Jakarta, Jumat (15/5/2020).

Namun karena ditopang devisa sawit, maka neraca perdagangan Indonesia tetap surplus, senilai US$2,6 miliar sehingga menunjukkan betapa pentingnya industri sawit sebagai penyelamatan neraca perdagangan nasional di tengah masa sulit seperti pandemi Covid-19 saat ini.

“Selain itu, keberadaan devisa hasil ekspor sawit tersebut sangat diperlukan untuk menambah “darah segar” bagi perekonomian Indonesia yang menderita “anemia” akibat Covid-19,” ujar Tungkot.

Bila anggaran kesehatatan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi pandemi Covid-19 sekitar Rp75 triliun ini maka berarti dengan nilai devisa sawit sekitar Rp80 triliun, secara ekonomi mampu membiayai program intervensi penanganan Covid-19 di Indonesia.

“Nilai ekspor sawit dalam triwulan pertama tahun ini mengalami peningkatan sangat signifikan ketimbang triwulan pertama tahun kemarin, yakni mencapai sekitar 9,6 persen,.”

“Kontributor utama nilai ekspor tersebut adalah ekspor ke India yang mengalami peningkatan sekitar 58 persen dibanding tahun lalu.”

“Nilai ekspor sawit ke Uni Eropa dan Amerika Serikat juga masih mencatat pertumbuhan positif.”

“Sementara itu, nilai ekspor sawit ke Tiongkok mengalami penurunan sebesar 36 persen akibat sengatan Covid-19 sejak Desember 2019,” pungkas Tungkot. (Trop 01)
.