Aslinya Madu Betung Kerihun

Madu asli produksi Asosiasi Periau Danau Sentarum, Kapuas Hulu laris manis di kala ppandemi Covid-19. Foto: Istimewa
Madu asli produksi Asosiasi Periau Danau Sentarum, Kapuas Hulu laris manis di kala ppandemi Covid-19. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, PONTIANAK – Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) kini “kerepotan” melayani permintaan madu Betung Kerihun.

Pandemi Covid-19 yang merisaukan masyarakat kota menjadi keberkahan penduduk pedalaman karena sedikitnya 1000 botol kemasan 300 Mg, madu produksi APDS habis terjual dalam sebulan terakhir.

Mungkin pernah dengar nama Asosiasi Periau Danau Sentarum atau APDS, tapi pasti banyak yang merasa asing dengan nama ini.

Namun bagi masyarakat di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, APDS kini tengah menjadi “gunjingan”.

Biar tahu, APDS ini adalah perkumpulan petani madu tradisonal yang mengelola madu hutan di sekitar kawasan hutan Danau Sentarum.

Baca juga: Menengok Potensi KPH Sungai Sembulan Bangka

Di Kapuas Hulu, para pengambil madu ini disebut Periau.

Didirikan sejak  tahun 2006, beranggotakan lima kelompok tani, beranggota sekitar  89 orang.

Domisili tepatnya, di Dusun Batu Rawa, Desa Nanga Leboyan, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Nah, di daerah nan jauh dari pusat perkotaan inilah, Basri Wadi bersama para periau yang sudah tergabung dalam kelompok tani membentuk asosiasi sekitar 14 tahun silam.

Di saat banyak lembaga atau kelompok usaha mati suri lantaran diberangus pandemi Covid-19, APDS justru sebaliknya bagai ketiban pulung.

Bagaimana tidak, permintaan madu, terus mengalir bagai air di musim hujan sehingga membuat Basri Wadi harus lebih cekatan menyiapkan sumber bahan baku dari kalangan anggotanya.

“Salah satu program kami, memproduksi lagi sebanyak 1000 botol madu dalam kemasan  300 mg dengan harga promo Rp70.000 per botol.”

“Kemarin, dalam rentang waktu sebulan, tak kurang dari 1000 botol madu hutan yang dihasilkan asosiasinya, habis terjual,” tuturnya.

 

Madu hutan yang dikelola Kelompok tani hutan anggota Asosiasi Periau Danau Sentarum, binaan TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum

Lantaran itu, tak usah heran bila kini Basri Wadi bersama rekan-rekannya lebih banyak bersyukur.

Dia sangat meyakini bahwa Sang Pencipta itu maha adil.

“Kini Yang Maha Kuasa pergilirkan rezeki lebih banyak untuk kami, karenanya kami sangat pantas bersyukur,” kata Basri.

Melalui keterangan tertulisnya yang disampaikan ke Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (yang kemudian disampaikan Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), pada akhir pekan kemarin, Basri mengabarkan bahwa sejak ada pandemi Covid-19, pesanan madu  ke APDS terus mengalir.

Pesanan itu datang dari berbagai  daerah, ada pesanan dari wilayah Putussibau, Sanggau, Pontianak, bahkan juga beberapa daerah di Kalimantan Timur.

“Permintaan banyak juga yang datang dari Jakarta, Kepulauan  Riau, dan juga Batam.”

“Kami berusaha memenuhi semua permintaan itu dengan masih tersedianya bahan baku madu, kami berkomitmen untuk menyiapkan produk kemasan yang siap jual,” ungkap Basri.

APDS memang kelompok tani binaan Taman Nasional (TN)  Betung Kerihun dan Sungai Sentarum.

Menurut Kepala Balai Besar TN Betung Kerihun dan Sungai Sentarum Arif Mahmud, peran yang dimainkan TN Betung Kerihun adalah memberikan bantuan berupa perangkat kerja, pembinaan manajemen, dan mendorong dalam peningkatan produksi serta perluasan pasar.

“Balai Besar TN Betung Kerihun, juga berkewajiban membantu perekonomian masyarakat yang ada di sekitar kawasan, dan salah satunya para petani madu tradisionil yang tergabung dakam kelompok tani hutan anggota APDS,” jelas Arif.

APDS merupakan salah satu kelompok masyarakat binaan yang memungut Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa madu hutan di dalam kawasan TN Danau Sentarum.

Saat Pandemi Covid-19 saat merebak, madu hutan menjadi salah satu produk yang sangat dicari dan diminati oleh masyarakat umum karena memiliki khasiat yang sangat baik untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh.

Terkait dengan pemasaran, Arief Mahmud menyampaikan bahwa madu kemasan produk APDS selain dapat dipesan langsung dan saat ini bisa juga dipesan secara online melalui platform perdagangan elektronik Shopee.

Selain madu hutan saat ini juga dilakukan pengembangan pola pemberdayaan masyarakat sekitar penyangga kawasan TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum berupa demonstration plot (demplot) budi daya madu kelulut.

 

Selain madu hutan , kini masyarakat tani Dusun Batu Rawa, Desa Nanga Leboyan, Kecamatan Selimbau, juga mulai mengembangkan madu trogona atau madu kelulut.

Adanya demplot bertujuan untuk memberikan percontohan bagaimana memanfaatkan salah satu potensi HHBK berupa madu kelulut yang memiliki nilai ekonomis yang ada di dalam kawasan untuk dapat dibudidayakan oleh masyarakat sekitar.

“Tingginya permintaan madu hutan dan kelulut selaras dengan peningkatan ekonomi masyarakat yang ada di dalam dan sekitar kawasan dan tidak melenceng dari prinsip-prinsip konservasi yang ada di TN,” ungkap Arief.

Kapuas Hulu, memang merupakan salah sentra madu hutan di Kalimantan Barat.

Baca juga: Madu KPH Sungai Sembulan Lebih Menggigit dan Nendang

Bila saat berlangsung panen raya, produksinya bisa mencapai di atas 100 ton per tahun.

Kala itu, sarang koloni lebah ini bisa mencapai 21 ribu sarang.

Hanya memang tidak semuanya dipanen karena pola yang mereka terapkan, sistem panen lestari agar sarangnya tak rusak.

Sebab bila ini musnah maka koloni lebah ini, butuh waktu lama untuk memulihkan sarangnya.

Karenanya, bila dilakukan sistem panen lestari maka ratu lebah dan anak-anaknya tidak akan mati dan sarangnya juga tidak hancur. (Trop 01)