Catatan E-learning Perhutanan Sosial Gelombang I, Petani Merasa Hidup dalam Alam Teknologi Digital Secara Nyata

Pelaksanaan pelatihan jarak jauh, E-Learning, petani hutan gelombang pertama yang diikuti 500 berjalan lancar. Petani mendapat ilmu pengetahuan baru, berkemampuan dalam mengaplikasikan perangkat digital. Kerja bareng antar direktorat di Kementerian LHK, dinilai sangat efektiv dan efisien, perlu diintensifkan.

TROPIS.CO, JAKARTA – “The New Normal”. Ini kata Swari Utami Dewi, anggota Tim Pernggerak Percepatan Perhutanan Sosial atau TP2PS, menyebut program E- Learning atau pelatihan jarak jauh anggota Kelompok Usaha Perhutanan Sosial atau KUPS, gelombang pertama yang berlangsung 27 -30 April kemarin, disejumlah daerah di Indonesia.

Mengapa Utami mengatakan “The New”, karena rata rata, mereka baru melakukan belajar dengan menggunakan teknologi digital untuk belajar jarak jauh.

Lalu “normal”, setelah satu dua hari mereka menggunakan perangkat dan teknologi tersebut, mereka mulai lancar.

Tidak lagi canggung atau gagap. Artinya, pada hari ketiga dan keempat, dari empat hari masa E-learning itu, mereka sudah normal menggunakan perangkat teknologi itu.

“Secara keseluruhan E-learning gelombang pertama sangat lancar,” tutur Utami lagi.

Walau memang, terutama bagi peserta yang posisi desanya sangat jauh, sekali-kali ada gangguan sinyal. Namun ini tidak terlampau menggangu.

“Soal kehilanghan sinyal kita di sinipun sering mengalami itu,” ujar Utami yang dalam program E-learning ini, bertugas menggawangi sesi “ Pengelolaan Pengetahuan” di Pusdiklat Jakarta, dan juga sebagai tutor bertemakan “pendampingan Tahap Awal” di Balai Diklat LHK Makasar.

Ada cerita unik yang disampaikan Utami, disaat pelatihan masih berlangsung, karena mungkin masih gapteknya, mereka mengunakan teknologi jarak jauh, terdengar teguran seorang peserta kepada temannya yang lupa menggunakan mode “mute”, saat tutor tengah memberikan materi. Suara dari teguran itu, berakibat pada latar suara, hingga sedikit mengganggu.

“Ya.. ringkasnya, selama empat hari e-learing, proses belajar dengan materi padat dan serius sebanyak 8 sesi, bisa dijalani dengan baik dan semangat oleh kebanyakan peserta, dan para peserta yang sebagian besar petani, merasa hidup dalam alam teknologi digital secara nyata,”kata Swari Utami Dewi.

Kendati pelatihan ini padat dan serius, justru, lanjutnya, ada peserta yang mengikutinya terkesan santai. Sebut saja misalnya, seperti yang dilakoni penyuluh perempuan dari Sulawesi Tengah. Dia mengikuti tutorial sambil memasak. Ada pula peserta yang mendengarkan materi sambil berkendaraan. Lantaran saat itu, mesti beraktivitas lain.

“Tingkah laku dan celetukan peserta dalam logat daerah masing masing, membuat suasana bertambah meriah dan sangat akrab,”Utami lagi.

Jadi bukan sutau yang berlebihan bila Johan Wibowo, Pendamping Lembaga Pengelola Hutan Desa atau LPHD, Pemandang, Kabupaten Rokon Hulu, Riau, menyebut program E-learning, suatu kebijakan yang sangat tepat dan luar biasa. Sebab, kata dia, di tengah situasi pandemic COVID 19, masyarakat tani hutan dan juga kalangan penyuluhb hutan, masih tetap memperoleh pengetahuan.

“Sungguh ini kami nilai sebagai suatu program yang sangat tepat dan luar biasa, disaat pandemi Covid 19 melanda, dimana semua harus berada dalam protokol kesehatan, dikala kita semua harus melakukan social distancing,”ujar Johan Wibowo.

“Harapan kita sih, pelatihan jarak jauh bisa terus dilanjutkan, termasuk pelatihan pelatihan yang lain dalam upaya mendukung pengembangan usaha,”kata Sapto petani hutan dari Rajabasa, Lampung.

Sapto mengakui, dirinya sangat bangga dan memberikan apreasi atas program E-learning ini. Pertama yang membuatnya bangga, dalam mengaplikasikan perangkat teknologi, setidaknya kini terasa lebih lancar dan lebih baik. Kedua, kita tidak harus meninggalkan aktivitas lain. “Bagi peserta wanita atau ibu rumah tangga, mereka mengikuti tidak harus meninggalkan keluarga, karena kegiatannya ada di dalam rumah, pokoknya banyaklah manfaat yang kami dapatkan,”tambah Sapto.

Demikian juga dengan petani hutan dari Sukabumi Jawa Barat, Sandi Mulyana. Dirinya bersyukur dapat mengikuti pelatihan dan menilai pelatihan online sesuatu yang sangat baru, dan akan menerapkannya di lapangan untuk mendukung kemajuan perhutanan sosial.

Petani lainnya adalah Nurdin dari Mejeni, Sulawesi Barat yang mengungkapkan bahwa materi pelatihan sangat bagus, didukung para pengajar yg sabar, baik dan kompeten mampu menjawab pertanyaan yg ada di lapangan. Nurdin akan menerapkan pengetahuan yang didapatnya untuk bekerja di lapangan.

Walau dalam pelaksanaannya terkesan santai, namun kata Utami klagi, pada sore dan malamnya, peserta tetap disibukkan dengan PR dan modul untuk dibaca. Sebelumnya, dari pagi sampai siang, sehabis sesi, selalu ada semacam kuis singkat. Selanjutnya peserta juga membuat Rencana Tindak Lanjut yang bisa diterapkan di lokasinya masing-masing sesudah pelatihan ini selesai.

Meski kadang diselingi hambatan jaringan, secara keseluruhan pelatihan gelombang 1 ini saya nilai berhasil. Keseluruhan proses umumnya bisa berjalan lancar. Kerjasama dari penanggung jawab, tutor, admin dan staf lainnya juga berjalan dengan baik. Karenanya tidak diragukan bahwa untuk gelombang-gelombang berikutnya, e-learning ini juga akan terlaksana dengan baik sampai Juni nanti. Dan, harapannya sampai selesai akan dilatih total 3.000 peserta. Suatu jumlah yang tentunya cukup signifikan.

Akhirnya, saya sampaikan rasa salut buat Kementerian LHK, yang dalam masa pandemi Covid19 mampu melakukan perubahan adaptif dan menghadirkan pengenalan “the new-normal” terhadap petani dan pendamping. Ilmu pendampingan mereka diperkuat, pengayaan penggunaan digital juga terjadi. Maka tidak sabar rasanya saya menanti kejutan menyenangkan pada e-learning berikutnya.

Program E-Learning bagi petani hutan dan kalangan penyuluh lingkungan dan kehutanan ini, merupakan program bareng Ditjen Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan (PSKL) bersama Badan Penyuluhan dan SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Target yang hendak dicapai dari program yang akan berlangsung hingga Juni mendatang, dan dikuti 3000 peserta, menurut Dirjen PSKL Bambang Soepriyanto untuk terus meningkatkan kapasitas dan kompetensi masyarakat yang terlibat dalam program Perhutanan Sosial secara berkesinambungan.

Kepala BP2SDM, KLHK, Helmi Basalamah menutup secara resmi kegiatan e-learning gelombang pertama ini melalui video conference (30/4/2020).

Setelah kegiatan ini, Helmi berharap dapat menciptakan tenaga pendamping Perhutanan Sosial di berbagai wilayah Indonesia, sehingga percepatan dan peningkatan kualitas program Perhutanan Sosial dapat tercapai.

Tentang realisasi dalam pelaksanaan program E-Learning gelombang pertama ini, Helmi mengakui bahwa dirinya sangat bangga karena metode yang diberikan kepada ini suatu hal yang baru, dasn para peserta yang sebagian besar para petani mampu mengikuti dan mengaplikasikannya hingga kegiatan berlangsung sangat lancar.

“Sungguh kami sangat bangga, ternyata hanya dengan menggunakan smartphone atau laptop dan koneksi internet, mereka dapat mengikuti pelatihan dan mendapatkan pengetahuan dari narasumber yang kompeten tanpa harus pergi dari tempat tinggalnya,”tandas Helmi lagi.

Kata Helmi, semua peserta pelatihan aktif dan antusias dalam proses pembelajaran melelui videoconference, mereka pun aktif memberikan pendapat, pertanyaan, penyelesaian quiz, serta membuat tugas mandiri. “Seluruh peserta dapat mengikuti pelatihan dengan baik hingga mendapatkan predikat lulus, dan mereka berhak mendapatkan sertifikat pelatihan,”ujarnya lagi.

Adapun aspek penilaian yang disebut mantan Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Kementerian LHK itu, mencakup, kehadiran atau Partisispasi dengan bobot 10%. Nilai Akademis; menjawab soal di setiap materi atau kuis 40%. Kemudian, tugas catatan mandiri dengan bobot 20%, serta Tugas Rencana Tindak Lanjut Paska Pelatihan 20%. Terakhir Sikap dan Prilaku, bobot 10%.

Menurut Helmi, metode E-learning ini dirancang untuk meneyelenggarakan pelatihan yang mudah, murah, efektif dan efisien serta dapat menjangkau masyarakat di penjuru nusantara. Karena itu, kerjasama tim antara tutor, admin dan panitia mutlak diperlukan ketika proses pembelajaran online. “Kesamaan konsep dan persepsi antara tutor yang saling berjauhan sangat penting, sehingga proses pembelajaran lancar, tepat waktu, tidak terganggu sinyal ataupun gangguan lainnya”, tegas mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian LHK itu lagi.

“Kolaborasi yang kuat seluruh elemen di BP2SDM dan Direktorat Jenderal PSKL menjelma menjadi Super Tim yang dapat mewujudkan pelatihan E-Learning Pendampingan Perhutanan Sosial Paska Izin dengan baik dan lancar,” ujar Dirjen PSKL, Bambang Supriyanto, sembari mengatakan, bahwa Antusiasme kelompok tani hutan sangat luar biasa, ditunjukan dengan kehadiran di TC dan mengerjakan exercise tata kelola hutan sosial di belajar mandiri, menjadikan e-learning gelombang 1 ini sukses mencapai sasaran.

Suksesnya pelaksanaan E-learning gelombang pertama ini, mengindikasikan, bahwa kerja bareng Ditjen PSKL bersama Badan Penyuluhan dan SDM, sangat efektive dan efisien. Sangat tak keliru, bila kerja bareng antar masing masing bidang dan direktorat, bila selama ini terkesan berjalan sendiri sendiri, lebih diintensifkan. Dengan demikian akan mendapatkan hasil optimal, dan anggaran yang digunakanpun sangat efisien. (Trop 01)