Senyawa Gaharu sangat Efektif Membasmi Virus

Sabun yang mengandung bahan aktif minyak gaharu dinilai sangat baik untuk membunuh atau membasmi mirkoorganisme, berupa bakteri, jamur termasuk virus. Foto: KLHK
Sabun yang mengandung bahan aktif minyak gaharu dinilai sangat baik untuk membunuh atau membasmi mirkoorganisme, berupa bakteri, jamur termasuk virus. Foto: KLHK

TROPIS.CO, JAKARTA – Sabun yang mengandung bahan aktif minyak gaharu dinilai sangat baik untuk membunuh atau membasmi mirkoorganisme, berupa bakteri, jamur termasuk virus.

Peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H) Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Asep Hidayat, mengatakan bahwa gaharu yang mengandung senyawa di atas 50 sangat efektif membunuh bakteri dan virus.

“Ini inovasi baru hasil penelitian P3H bahwa senyawa gaharu efektif dijadikan bahan pencuci tangan atau hand soap dan hand sanitizer,” kata Asep kepada awak media di Jakarta, Jumat (1/5/2020).

Menurutnya, hand soap gaharu ini dibuat dalam bentuk cair dengan kandungan SLS 70N (2,5 persen), Na2SO4 (2 persen), NaCl (2 persen), Amphitol (5,6 persen), Tergitol NP10 (0,05 persen), BKC (0,01 persen), dan Gliserin 98 persen (0,1 persen), Sodium Benzoat (0,1 persen), Pewarna (0,005 persen), Vanilin (0,001 persen), plus minyak gaharu (0,025 persen).

Baca juga: Perhutanan Sosial di Tengah Pandemi Covid-19

“Sebelumnya kami mencoba 0,015 persen untuk kandungan minyak gaharu, namun setelah dilakukan uji organoleftik terhadap kelembutan, jumlah busa, keharuman dan residu sabun yang tersisa, hasilnya seperti kurang optimal,” ujarnya.

Karena itu lanjut Asep Hidayat, senyawa gaharunya ditambah dan  adanya penambahan minyak gaharu cukup berpengaruh terhadap biaya produksi hand soap.

Dari sejumlah bahan baku, minyak gaharu menempati komponen biaya produksi paling tinggi ketimbang bahan lainnya.

“Dengan komposisi 0,025 persen minyak gaharu, maka untuk menghasilkan 1 liter hand soap, mencapai Rp 40 ribu, sementara bila tidak menggunakan gaharu, hanya sekitar Rp3000 per liter.

Kendati demikian, tingginya biaya produksi, pada saat ini mungkin bukan suatu persoalan.

Mengingat keberadaannya sangat dibutuhkan dalam mendukung ketersediaan sanitizer di dalam negeri. (Trop 01)