Pembangunan 630 Unit Huntap Ditargetkan Selesai Mei 2020

Selain pembangunan hunian tetap, lingkup pekerjaan juga meliputi konstruksi dinding penahan tanah, konstruksi jalan lingkungan, konstruksi drainase, konstruksi reservoir dan jaringan SPAM, konstruksi TPL dan IPAL, konstruksi RTH dan lansekap, serta konstruksi fasilitas umum dan sosial. Foto: Kementerian PUPR
Selain pembangunan hunian tetap, lingkup pekerjaan juga meliputi konstruksi dinding penahan tanah, konstruksi jalan lingkungan, konstruksi drainase, konstruksi reservoir dan jaringan SPAM, konstruksi TPL dan IPAL, konstruksi RTH dan lansekap, serta konstruksi fasilitas umum dan sosial. Foto: Kementerian PUPR

TROPIS.CO, JAKARTA – Di tengah pandemi Covid-19 di Tanah Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan terus melakukan berbagai upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana gempa bumi yang disertai tsunami dan likuifaksi yang terjadi di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 28 September 2018 silam.

Di antaranya dengan membangun hunian tetap (Huntap) dan melakukan rehabilitasi sejumlah fasilitas umum.

Pembangunan huntap dengan memperhatikan dengan protokol keamanan terkait Covid-19 yakni physical dan social distancing di mana pengerjaan tiap rumah hanya dilakukan oleh tiga orang pekerja.

Rehabilitasi dan rekonstruksi ini menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami Di Provinsi Sulawesi Tengah dan Wilayah Terdampak Lainnya.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Jadi Peringatan agar Kita Serius Urus Perubahan Iklim

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan bahwa penanganan pascabencana Sulteng meliputi tahap tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Pendekatannya adalah build back better, tidak sekadar membangun dengan kerentanan yang sama,” ucap Menteri Basuki di Jakarta, Senin (13/4/2020).

Pada tahap I, sebanyak 630 unit huntap di bangun di Sulteng.

“Pembangunan Huntap di dilakukan di dua wilayah yakni Kelurahan Duyu, Kota Palu dan Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, sedangkan di Kelurahan Duyu dibangun 230 unit Huntap dan di Desa Pombewe sebanyak 400 unit huntap.”

“Huntap dibangun menggunakan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) karena merupakan rumah tahan gempa dan proses pembangunannya yang lebih cepat dengan menggunakan sistem modular,” kata Menteri Basuki.

Menurutnya, di Kelurahan Duyu lahan yang sudah bebas seluas 14,1 hektare yang akan digunakan untuk 230 unit Huntap dengan target selesai Mei 2020 dan progres pembangunan telah mencapai 227 unit atau 98 persen.

Selain pembangunan Huntap, lingkup pekerjaan juga meliputi konstruksi dinding penahan tanah, konstruksi jalan lingkungan, konstruksi drainase, konstruksi reservoir dan jaringan SPAM, konstruksi TPL dan IPAL, konstruksi RTH dan lansekap, serta konstruksi fasilitas umum dan sosial.

Untuk air minum, air diambil melalui intake sungai Lewara kemudian dialirkan ke instalasi pengolahan air dan reservoir serta disalurkan ke Huntap Duyu sebesar 10 liter/detik.

Sementara untuk Huntap di Desa Pombewe saat ini pengerjaannya telah mencapai 180 unit atau 45 persen.

Guna memenuhi kebutuhan air minum, air diambil dari intake sungai Paneki kemudian dialirkan ke instalasi pengolahan air kemudian ke ground reservoir dan disalurkan ke Huntap Pombewe sebesar 28 liter/detik.

Baca juga: Presiden Joko Widodo: Pasien yang Tak Perlu Penanganan Intensif Dirawat di Rumah 

Pembangunan Huntap di Sulawesi Tengah juga melibatkan donatur yakni Yayasan Buddha Tzu Chi yang membangun 1.500 unit di Kelurahan Tondo, Kota Palu dan 1.000 unit di Pombewe, Kabupaten Sigli.

“Huntap di Tondo dibangun dengan tipe 36 dan luas tanah 150 meter persegi.”

“Saat ini sebanyak 490 unit telah selesai dan 962 unit dalam proses penyelesaian dan ditargetkan sebanyak 820 unit Huntap akan selesai Mei 2020.”

“Sementara untuk Huntap Pombewe saat ini ada 85 unit yang telah rampung dan 225 unit dalam proses penyelesaian,” pungkas Menteri Basuki. (*)