Alsintan Membuat Panen di Kutai Timur Lebih Efisien

Panen yang dilakukan oleh Kelompok Tani Suka Damai menggunakan varietas Mekongga yang dibudidayakan pada hamparan seluas 264 hektare dan mampu menghasilkan 6,47 ton per hektare. Foto: Metro Kalimantan
Panen yang dilakukan oleh Kelompok Tani Suka Damai menggunakan varietas Mekongga yang dibudidayakan pada hamparan seluas 264 hektare dan mampu menghasilkan 6,47 ton per hektare. Foto: Metro Kalimantan

TROPIS.CO, KUTAI TIMUR – Kegiatan panen raya terus dilakukan di tengah pandemi Covid-19, salah satunya di Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur.

Panen dilakukan di sejumlah titik di wilayah ini dengan menggunakan alat dan mesin pertanian (Alsintan).

Panen yang dilakukan oleh Kelompok Tani Suka Damai ini menggunakan varietas Mekongga yang dibudidayakan pada hamparan seluas 264 hektare dan mampu menghasilkan 6,47 ton per hektare.

Kegiatan panen yang menggunakan Combine Harvester milik Brigade Dinas Pertanian Kutai Timur ini dinilai efektif.

Apalagi di tengah suasana pandemi Covid-19, pertanian harus tetap berproduktif.

“Hasilnya cukup memuaskan, ini merupakan salah satu arahan dari Presiden Jokowi untuk Indonesia dalam menyediakan pasokan bahan pokok selama pengendalian virus corona, untuk itu aktivitas lapangan tetap berjalan dan tentunya tetap menjaga kesehatan,” kata Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pertanian Kutai Timur Yuliandi dalam keterangan persnya, Selasa (7/4/2020).

Baca juga: Fasilitas Pengendalian Infeksi Covid-19 di Pulau Galang Siap Digunakan

Lantas menurut anggota Kelompok Tani Suka Damai, Made, panen menggunakan mesin Combine Harvester sangat membantu petani dalam panen padi.

Selain hasil panen padi lebih bersih, hasilnya bisa langsung masuk ke karung.

“Dilihat dari segi biaya, panen menggunakan mesin juga lebih efisien dibandingkan yang manual,” tutur .

Hal yang sama juga diungkapkan PPL Desa sumber Sari Kecamatan Loa Kulu, Kukar, Maidina Fasa.

Menurutnya, meski di tengah pandemi Covid-19 dirinya selalu mendampingi dan mengawal aktivitas kelompok tani di wilayah binaannya.

Hari libur pun, Maidina Fasa tetap setia mendampingi petani maupun kelompok tani dalam usaha pertanian.

“Aktivitas panen padi varietas Mekongga ini milik Jumanto Anggota Kelompok Tani Pulo Sari, Desa Sumber Sari, Kecamatan Loa kulu.”

Dari luas hamparan 98 hektare, setiap 1 hektare hasilnya 4,8 GKP (gabah kering panen).”

“Panen yang kami lakukan ini menggunakan Combine Harvester mesin Brigade bantuan Dinas Pertanian dan Peternakan, Kukar yang telah diserahkan kepada Gapoktan Mulya Abadi,” paparnya.

Di tempat lain di wilayah Kalimantan Timur, yaitu di Kabupaten Berau juga terlihat petani dan penyuluh yang tetap melakukan aktivitas rutin di sawah namun tetap menjaga sanisitas sesuai anjuran pemerintah.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengungkapkan saat ini, sektor pertanian menjadi harapan, tulang punggung di tengah upaya Pemerintah dalam menanggulangi Covid-19.

“Tanggung jawab menyediakan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia merupakan spirit bagi keluarga besar Kementerian Pertanian dan semua pelaku pembangunan pertanian,” ujar Mentan SYL.

Untuk itu, menurut Mentan SYL, berbagai skenario atas kemungkinan yang akan terjadi harus dipersiapkan terlebih bulan puasa dan lebaran sudah di depan mata.

“Kita tidak berhenti sampai menyediakan pangan saja.”

“Bersama Instansi lain terkait kita berusaha mengendalikan bahwa pangan itu tersedia di pasar dalam jumlah yang cukup sehingga stabilisasi harga terjaga,” tegasnya.

Sementara Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, apabila Alsintan bisa dikelola dengan baik akan memberi penghasilan tambahan bagi Poktan (kelompok tani) atau Gapoktan (gabungan kelompok tani).

Poktan atau Gapoktan bisa membentuk UPJA (usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian) koperasi dan kelompok usaha bersama (KUB) untuk mengembangkan Alsintan bantuan pemerintah.

Dia juga mengatakan, Alsintan yang dikelola UPJA di sejumlah daerah sudah banyak yang berhasil.

UPJA terbukti bisa menjadi wadah dalam memberikan nilai tambah kepada poktan atau gapoktan.

“Ada salah satu UPJA yang mengelola alsintan kurun dua bulan bisa mendapatkan hasil dari sewa alsintan ke petani hingga Rp46 juta,” ujar Sarwo Edhy.

Menurut Sarwo Edhy, bantuan Alsintan ke petani harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin sebab, petani yang menggunakan Alsintan usaha taninya lebih efektif dan efisien.

Baca juga: Tingkatkan Suplai Air Irigasi di Ponorogo dan Madiun, Bendungan Bendo Siap Digenangi Akhir Tahun 2020

“Kalau dulu petani membajak sawah dengan alat tradisional butuh waktu lima hingga enam hari per hektare.”

“Dengan memanfaatkan traktor, petani hanya butuh waktu tiga jam per hektare sehingga penggunaan alsintan 40 persen lebih efisien,” ungkapnya.

Alsintan tersebut kalau dikelola dengan baik bukan hanya mendorong indeks pertanaman (IP) petani dari yang semula dua kali per tahun menjadi tiga kali per tahun, tapi juga meningkatkan produktivitas tanaman.

Kementan dalam lima tahun terakhir juga gencar memberikan bantuan Alsintan banyak dikelola melalui Brigade Alsintan dengan sistem pinjam kepada kelompok tani.

“Kami berharap bantuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman padi dan palawija dalam rangka meningkatkan produksi pangan,” pungkas Sarwo Edhy. (*)