Analisa dan Evaluasi Prakiraan Cuaca Per Bulan Maret 2020

Asep Karsidi, Head of Geospatial Information Agency, memprediksi kondisi cuaca di Indonesia. Foto: Istimewa
Asep Karsidi, Head of Geospatial Information Agency, memprediksi kondisi cuaca di Indonesia. Foto: Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Dua kondisi indek suhu muka laut di samudera Pasifik (ENSO) dan di Samudera Hindia (IOD) untuk tahun 2020 menunjukkan kondisi tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2019.

Indeks ENSO tahun 2020 diprediksi hingga bulan Agustus pada konsisi Netral atau Normal artinya tidak berpotensi adanya pengurangan maupun penambahan massa uap air dari samudera Pasifik yang dikenal dengan fenomena El Nino dan La Nina.

Demikian pula indeks IODnya secara umum menunjukkan kondisi Normal, Kecuali BMKG memprediksi indeks IOD untuk bulan Mei hingga Agustus kondisinya positif diatas Normal (artinya berpotensi terjadinya pengurangan asupan uapar air dari samudera Hindia ke wilayah Indonesia terutama di wilayah Indonesia bagian barat).

Dengan diprediksi tidak ada EL Nino maupun La Nina pada tahun 2020 berarti dari sisi fenomena El Nino kondisi cuaca di Indonesia tidak menghawatirkan, namun perlu dicermati beberapa aspek lain yang berpengaruh terhadap kondisi Cuaca di Wilayah Indonesia, mengingat wilayah Indonesia merupakan wilayah Kepulauan dengan kondisi topografi kepulauannya yang bervariasi.

BMKG setiap dasarian (10 harian) melakukan pemutahiaran prakiraan Cuaca untuk wilayah Indonesia berdasarkan analisa berbagai unsur yang berpengaruh terhadap mekanisme kondisi Cuaca di wilayah ini.

Berikut ini disampaikan ulasan dan analisa kondisi cuaca yang bersumber dari BMKG dan beberapa pusat pengamat cuaca di luar Indonesia, seperti NASA, BOM (Asutralia) dan Jamstec (Jepang).

Kondisi Global

Berdasarkan hasil analisa dan prediksi per Dasarian I Maret 2020, BMKG dan tiga pusat pengamat Cuaca global lainnya (NASA, BOM dan Jamstec), menunjukkan bahwa hingga bulan September atau sekurang-kurangnya hingga bulan Agustus indeks ENSO menunjukkan kondisi Normal, kecuali NASA meprediksi mulai bulan Mei masuk pada kondisi La Nina lemah.

Berdasarkan analisa dan prediksi dari keempat lembaga pengamat cuaca yang menunjukkan kondisi Normal menurut (BMKG, Jamstek dan BOM) dan mengarah La Nina Lemah menurut NASA mengindikasikan bahwa fenomenan El Nino tidak akan terjadi pada tahun 2020 ini.

Lebih lancet lagi, hasil analisa dan prediksi indeks IOD (anomaly suhu muka laut di perairan Samudera Hindia) dari BMKG dan tiga pusat pengamat cuaca lainnya. Prediksi BMKG menunjukkan bahwa mulai bulan Mei indeks IOD positif berlangsung hinga bulan Agustus, demikian pula menurut Jamstec mulai Juni memasuki kondisi positif dan cenderung menurun memasuki kondisi positif lemah hingga bulan Agsutus.

Sedangkan menrut BOM dan NASA hasilnya pada kondisi Normal. Posistifnya indeks IOD di Samudera Hindia menunjukkan adanya potensi pengurangan asupan massa uap air ke wilayah Indonesia.

Kondisi anomaly suhu muka laut di kedua samudera Hindia dan Pasifik, termasuk di perairan wilayah Indonesia.

Melalui peta sebaran spasial dapat diketahui bahwa pada bulan Maret hingga Mei 2020, wilayah samudera Hindia didominasi anomaly positif (warna merah), sedangkan di samudera Pasifik wilayah Nino 3-4 diprediksi tetap berada pada kondisi Normal (warna telor asin, putih dan oranye).

Untuk bulan Juni hingga Agustus, wilayah samudera Hindia didominasi positif dan meluruh menuju Normal dibagian timurnya. Suhu muka laut di samudera Pasifik wilayah Nino 3-4 diprediksi pada kondisi Dingin (warna biru laut) hingga Normal.

Kondisi Hangatnya perairan di wilayah Indonesia menunjukkan adanya peluang konveksi dan terjadinya pertumbuhan awan hujan. Dalam kondisi sebaran anomaly suhu muka laut seperti ini, bagaimanakah sebaran curah hujan bulanan di wilayah Indonesia?

Prediksi Sebaran Spasial Curah Hujan Bulanan

Untuk bulan April nampaknya seluruh wilayah Indonesia mengalami curah hujan diatas 200 mm/bulan, kecuali sedikit di wilayan pesisir timur Aceh dan Sumatera Utara, serta wilayah NTB-NTT dan Timor dengan curah hujan kurang dari 150 mm/bulan.

Memasuki bulan Mei mengalami penurunan curah hujan.

Wilayah yang mengalami curah hujan kurang dari 150 mm/bulan meluas terutama di wilayah selatan dan timur Indonesia seperti di Jawa Tengah terus ke Timur hingga Merauke di Papua.

Sementara wilayah Aceh dan Sumatera Utara yang semula kurang dari 150mm/bln meningkat diatas 200mm/bln, kecuali wilayah Riau mulai bulan Mei mengalami penurunan menjadi sekitar 150-200mm/bulan.

Pada bulan Juni curah hujan terus mengalami penurunan hingga bulan September, curah hujan bulannya berada dibawah 150mm/bln, kecuali di wilayah Aceh, Kalimantan utara, Sulawesi bagian utara dan Papua bagian utara curah hujan bulannya antara 200 hingga 300mm/bln.

Kondisi curah hujan bulanan kurang dari 150mm/bln hingga bulan September yang terjadi di wilayah Sumatera terutama di Riau, Jambi dan Sumsel harus dicermati secara khusus mengingat di wilayah ini terdapat cukup luas wilayah konsesi perkebunan.

Curah hujan dasarian II dan III bulan Maret menunjukkan kondisi curah hujannya dibawah Normal.

Khusus wilayah Sumatera dan Kalimantan Timur pada dasarian II Maret curah hujannya rendah dibawah 50mm/das ( Gbr.4).

Kondisi ini berlanjut hingga dasarian I April, namun wilayah yang mengalami curah hujan rendah berkurang terutama di wilayah Kalimantan Timur.

Pada dasarian III Maret dan dasarian I April di wilayah Sumatera khususnya wilayah Jambi dan Sumsel curah hujannya meningkat diatas 100mm/das, kecuali disekitar pesisir timurnya dengan curah hujan 75 mm/das.

Wilayah Riau masih bertahan dibawah 75 mm/das. Artinya hingga dasarian I April wilayah Riau dan pesisir timur Jambi dan Sumsel akan mengalami curah hujan dibawah 75 mm/das, berkisar pada curah hujan Rendah dan Menengah.

Kesimpulan

1. Hasil analisa dan prediksi yang dilakukan oleh ke-emapat lembaga pengamat cuaca, menunjukkan kondisi Normal menurut (BMKG, Jamstek dan BOM) dan mengarah La Nina Lemah menurut NASA mengindikasikan bahwa fenomena El Nino tidak akan terjadi pada tahun 2020.

2. Bulan Maret hingga Mei 2020, wilayah samudera Hindia didominasi anomaly positif, sedangkan di samudera Pasifik wilayah Nino 3-4 diprediksi tetap berada pada kondisi Normal. Untuk bulan Juni hingga Agustus, wilayah samudera Hindia didominasi positif dan meluruh menuju Normal dibagian timurnya.

Suhu muka laut di samudera Pasifik wilayah Nino 3-4 diprediksi pada kondisi Dingin hingga Normal. Kondisi Hangatnya perairan di wilayah Indonesia menunjukkan adanya peluang konveksi dan terjadinya pertumbuhan awan hujan, namun sebaran spasial curah hujannya bervariasi.

3. Pada bulan April seluruh wilayah Indonesia mengalami curah hujan diatas 200 mm/bulan, kecuali di wilayan pesisir timur Aceh dan Sumut serta wilayah NTB-NTT dan Timor curah hujannya rendah kurang dari 150 mm/bulan.

Memasuki bulan Mei curah hujan mengalami penurunan, wilayah yang mengalami curah hujan kurang dari 150 mm/bulan diantaranya wilayah selatan dan timur Indonesia seperti di Jawa Tengah terus ke wilayah Timur hingga Merauke Papua.

4. Wilayah Riau mengalami curah hujan sekitar 150-200mm/bulan pada bulan Mei terus menurun dengan curah hujan kurang dari 150mm/bln hingga bulan Juli, namun pada bulan Agustus dan September kembali dengan curah hujan 150-200mm/bulan.

5. Curah hujan pada dasarian II dan III bulan Maret menunjukkan kondisi curah hujan dibawah Normal. Wilayah Sumatera dan Kalimantan Timur pada dasarian II Maret curah hujannya rendah dibawah 50mm/das, berlanjut hingga dasarian I April.

6. Pada Dasarian I April curah hujan di wilayah Riau bertahan dibawah 75 mm/das. Artinya hingga dasarian I April wilayah Riau termasuk pesisir timur Jambi dan Sumsel akan mengalami curah hujan dibawah 75 mm/das (Menengah ke Rendah).

7. Kondisi curah hujan bulanan rendah kurang dari 150mm/bln pada bulan Mei hingga Juli, khususnya di wilayah Sumatera terutama Riau, Jambi dan Sumsel harus dicermati secara seksama.

Asep Karsidi

Head of Geospatial Information Agency