KLHK Perbanyak Kebun Bibit Untuk Percepatan Rehabilitasi Lahan

Presiden Joko Widodo ingin rehabilitasi hutan dan lahan jadi fokus Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Foto: KLHK
Presiden Joko Widodo ingin rehabilitasi hutan dan lahan jadi fokus Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Foto: KLHK

TROPIS.CO, YOGYAKARTA – Luasnya lahan yang dikategorikan kritis dan sangat kritis, serta kian meluasnya kerusakan mangrove dan lajunya sedimentasi, lebih dikarenakan pola dan pemanfaatan ruang yang belum mengikuti kaedah konservasi.

Sehingga bila ada pertanyaan mengapa harus ada rehabilitas hutan dan lahan (RHL) karena masifnya tingkat kerusakan hutan dan lahan yang angka terakhir mencapai 14,3 juta hektare.

Hal itu disampaikan Plt Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Hoedojo Oerip.

“Kerusakan hutan tersebar dihampir semua daerah dan wilayah dan terluas ada di Sumatera, 4,5 juta hektar lebih, baru kemudian di Jawa sekitar 2.1 juta hektare.”

“Lainnya ada di Sulawesi seluas 1,8 juta hektare, baru kemudian Bali, Nusa Tenggara, dan Papua, masing masing 950 ribu hektare dan di Maluku, seluas 650 ribuan hektare,” ucap Hoedojo dalam Media Ghatring di Yogyakarta, Sabtu (29/2/2020).

Sementara, luas hutan mangrove yang rusak ada sekitar 1,8 juta hektare dan sedimentasi telah mencapai 250 juta ton per tahun.

Kondisi ini telah mengakibatkan daya dukung daerah aliran sungai (DAS) menurun hingga menyebabkan banjir.

“Di sinilah mengapa rehabiltasi hutan dan lahan sangat penting dilakukan agar semua areal yang rusak bisa pulih kembali,” kata Hoedojo.

Sasaran dari Rehabilitasi lahan kritis dan pemulihan lingkungan, jelas Hoedojo, merehabilitasi hutan dan lahan kritis, pemulihan DAS rawan bencana, perlindungan Daerah Tangkapan Air ( DTA) waduk dan sepadan, atau ecoriparian.

Berikutnya, perlindungan dan peningkatan nilai estetis kawasan wisata unggulan. Pemulihan ekosistem kawasan konservasi, reklamasi bekas tambang, termasuk rehabilitasi estetika calon ibu kota negara.

Karenanya, dalam upaya mendukung rehabilitasi hutan dan lahan ini, pemerintah berupaya seoptimal mungkin meningkatkan penyediaan bibit tanaman, baik melalui kebun bibit desa (KBD) yang dikembangkan bersama masyarakat maupun melalui persemaian permanen yang dilakukan Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pada saat ini, sudah dibangun 561 KBD berkapasitas 23,58 juta batang.”

“Lalu kebun bibit rakyat atau KBR, sebanyak 1.500 unit, berkapasitas 50,1 juta batang,” kata Hoedojo,

Persemaian permanen ada sebanyak 50,23 juta batang.

Sementara bibit produktif ada sekitar 4,65 juta batang, dan bibit macadamia ada sekitar 650 ribu batang sehingga persediaan total bibit mencapai sekitar 289 juta batang lebih.

Sebagian besar bibit yang tersedia ini, telah dimanfaatkan untuk merehabilitasi hutan dan lahan seluas 207 ribu hektare selama tahun 2019.

Sedangkan tahun ini, 2020, segera dibangun sedikitnya 1000 unit KBR, 500 unit KBD, persemaian permanen untuk menghasilkan bibit sebanyak 40 juta batang, dan pengadaan bibit produktif sebabyak 2,5 juta batang.

Selain membangun kebun bibit, upaya yang dilakukan PDASHL dalam merehabilitasi hutan dan lahan membangun 3000 unit bangunan konservasi tanah dan air, serta melakukan persemaian modern di lokasi rencana ibu kota negara dan empat destinasi wisata prioritas. (*)