Dilantik Jadi Dirut Holding, Ghoni Ditantang Benahi Perkebunan Negara

Direksi Holding PTP Nusantara

Tropis.co, Jakarta – Erick Tohir, Meneg BUMN, mengukuhkan Muhammad Abdul Ghoni sebagai Dirut Holding PT Perkebunan Nusantara. Pengukuhkan dilakukan oleh Kartika Wiroatmojo, Wamen BUMN, di Kementerian BUMN kawasan Monas, Rabu kemarin.

Sebelumnya, alumni IPB ini, dipercayai sebagai Wakil Dirut dan kemudian, sejak Oktober, tahun kemarin, merangkap menjadi Plt Dirut, mengganti Dolli Pulungan, ditangkap KPK lantaran menerima suap dalam kasus impor gula.

Jauh sebelumnya, M Abdul Ghoni, sempat menjadi Dirut PT Perkebunan Nusantara 6 di Jambi, dan Dirut PT Perkebunan Nusantara 2 di Sumatera Utara.

Bersama A Ghoni, juga diangkat Denaldy sebagai Wakil Dirut, Wing Antariksa, Direktur SDM, Seger Budiardjo, Direktur Umum dan Iswahyudi menjadi Direktur Keuangan.

Holding PTP Nusantara menaungi 15 perusahaan perkebunan, tersebar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Papua dengan total areal mendekati 800 ribu hektar. Ini mencakup tanaman kelapa sawit, teh, tebu dan sebagian kecil tembakau.

Sebagian besar unit usaha di bawah Holding PTP Nusantara, selalu dalam kondisi merugi. Hanya, PTP Nusantara 3, Nusantara 4, dan Nusantara 6 yang memberikan keuntungan. PTP Nusantara 5 Riau, tahun tahun sebelumnya meraup untung, tapi dalam beberapa tahun belakangan, cenderung merugi.

PTP Nusantara 2, walau dalam tahun terakhir , kondisi likuiditasnya terkesan baik, tapi itu bukan karena ditopang oleh kegiatan usaha, melainkan dari penjualan asset.

Sangat ironis memang, perusahaan perkebunan besar swasta yang juga mengembangkan tanaman kelapa sawit, yang kehadirannta jauh di belakang perusahaan perkebunan milik negara, mereka terus meraup laba setiap tahunnya. Sehingga kemudian menjadi perkebunan “raksasa” dengan areal di atas 1 juta hektar.

Sebut saja misalnya, Sinar Mas Group, Salim Group, Musim Mas Group. Dan Wilmar Group. Bahkan Wilmar, memulai ekspansi di industri kelapa sawit, baru pada awal awal 90-an. Tapi kini Wilmar yang dirintis dua kakak beradik kelahiran Siantar, Sumatera Utara; Ganda Sitorus dan Martua Sitorus, bersama pengusaha Sungapur Kok Khon Ong, telah menjadi salah satu produsen minyak sawit dan industri gula terbesar di dunia.

Jaringan usahanya kian menggurita, termasuk industri pupuk, dan industri hilir minyak sawit. Bahkan, Wilmar merupakan produsen pupuk terbesar kedua di Indonesia, setelah Pupuk Indonesia, milik BUMN, dan Biodesel terbesar di Indonesia.

Keinginan pemerintah untuk membesarkan BUMN Perkebunan, sebenarnya sangatlah besar. Pemerintah berulangkali menyuntik perusahaan perkebunan negara dengan dana segar. Bahkan, totalnya mendekati Rp 5 triliun, termasuk untuk revitalisasi industri gula yang dikembangkan PTP Nusantara 10 dan Nusantara 11 di Jawa Timur.

Sayangnya suntikan dana segar itu, tak mampu membuat perusahaan perkebunanan negara menjadi baik. Justru sebaliknya utang pada pihak ketiga termasuk lembaga perbankan, kian membengkak.

Ketidak- mampuan membayar pupuk pada para pemasok, telah menyebabkan tanaman tidak dipupuk. Pun dipupuk tapi dalam takaran yang sangat minim. Sehingga produktivitas tanaman sangat rendah ketimbang kebun swasta.