Menanam Pohon Adalah Bagian Bela Negara

Pengusaha Hasan Tjoa (paling kanan) memberikan motivasi kepada mahasiswa dalam seminar bertema
Pengusaha Hasan Tjoa (paling kanan) memberikan motivasi kepada mahasiswa dalam seminar bertema "Bela Negara." Foto : Istimewa

TROPIS.CO, MEDAN – Hasan Tjoa minta agar mahasiswa untuk tidak berpikir mencari kerja, melainkan berpikir membuka kesempatan kerja di bidang kehutanan dan pertanian agar bisa ekspor produk pangan dan melepaskan ketergantungan pangan pada pihak lain.

Harapan ini disampaikan pemilik kelompok usaha Serayu itu dalam seminar nasional bertema “Bela Negara” di Medan, Sabtu (14/12/2019).

Menurutnya, peluang besar membuka kesempatan kerja adalah menyelamatkan bumi melalui gerakan menanam pohon dengan menerapkan sistem tumpangsari dengan tanaman palawija.

“Menanam pohoh adalah ibadah karena telah menyelamatkan bumi, termasuk mencegah kritis air dan ini juga bagian dari membela negara,” lanjutnya.

Dia menyatakan, menanam pohon tak sebatas menyelamatkan bumi, tapi juga merupakan investasi yang sangat menjanjikan dan mampu membuka kesempatan kerja yang sangat luas.

Tentang prospek menanam, Hasan mencontohkan terhadap jenis kayu balsa yang salah satunya digunakan untuk peredam suara pesawat terbang dan produk-produk bernilai ekonomi tinggi.

Dalam hal pembelaan negara, jelas Hasan, sudah diterapkan kelompok Serayu melalui kelompok tani hutan binaannya.

“Ada tiga hal yang saya tekankan kepada kelompok tani, tidak narkoba, tidak berjudi, dan terhadap keluarga yang diberikan tanggung jawab mengelola negara tidak korupsi,” ujarnya.

Harapan yang sama juga ditegaskan Hasan kepada semua mahasiswa sebagai generasi masa depan.

“Saya tegaskan, agar adik adik mahasiswa untuk tidak melibatkan diri dalam kasus kasus narkoba,” tutur Hasan Tjoa.

Seminar yang diikuti sekitar 200 peserta yang sebagian besar mahasiswa dari universitas dan perguruan tinggi di Sumatera Utara dan menghadirkan nara sumber pengusaha Hasan Tjoa, Menteri Hukum dan HAM yang diwakili Agus Haryadi, Staf Ahli Bidang Kerja Sama dan Kelembagaan Kementerian Hukum dan HAM, serta Pangdam I Bukit Barisan  Mayor Jenderal TNI M. Sabrar Fadhila.

Dalam kaitan bela negara atau bela nusantara, Agus Haryadi mengakui bahwa belakangan tekanan terhadap negara cukup tinggi sehingga itu perlu diwaspadai bersama.

Serangan terhadap bangsa Indonesia, lanjut Agus, tidak lagi menggunakan senjata, tapi melalui cara cara lain yang sering disebut taktik zona abu abu.

“Dan yang masuk pada zona ini antara lain, terorisme, adu domba, korupsi, narkoba.”

“Spektrumnya sangat luas, dan semua itu ada disekitar kita, bahkan termasuk ketidakhadiran dalam rapat rukun tetangga (RT) pun adalah bagian dari spektrum itu,” ujar Agus. (*)