Indonesia Harus Perbesar Dana Litbang Energi Terbarukan

Direktur Environment Institutute Mahawan Karuniasa (tengah) meminta Pemerintah Indonesia serius melakukan penelitian dan pengembangan energi terbarukan. Foto : Istimewa
Direktur Environment Institutute Mahawan Karuniasa (tengah) meminta Pemerintah Indonesia serius melakukan penelitian dan pengembangan energi terbarukan. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Indonesia merencanakan pada tahun 2045, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sekitar 1,5 persen sampai 2 persen dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) saat itu nantinya.

Menghadapi sumber energi tidak terbarukan yang terus menipis serta meningkatnya konsumsi energi fosil seperti batubara, minyak dan gas bumi, Indonesia perlu lebih ambisius mengembangkan energi terbarukan sehingga target pengeluaran penelitian dan pengembangan (Litbang) harus diperbesar

Pendapat tersebut disampaikan Mahawan Karuniasa, Direktur Environment Institutute, dalam diskusi bertema “Transisi Energi untuk Masa Depan” yang digagas Millenial Iklim di Jakarta bekerja sama dengan Friedrich Naumann Foundation (FNF) Indonesia di Jakarta, Selasa (29/7/2019).

Berdasarkan data di tahun 2013, pengeluaran litbang Indonesia hanya mencapai 0,1 persen dari PDB, padahal Malaysia sudah mencapai 1,1 persen dan Cina sebesar 2 persen.

“Artinya target litbang tahun 2045 masih setara dengan kondisi beberapa negara tetangga pada saat ini, jadi Indonesia masih jauh tertinggal,” tutur Mahawan.

Jika dikaitkan dengan isu perubahan iklim berdasarkan laporan United Nations Environment tahun 2018, sampai dengan tahun 2017, emisi gas rumah kaca global mencapai 53,5 Giga ton masih belum menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya.

Padahal untuk menjaga rata-rata kenaikan suhu permukaan bumi kurang dari 2 derajat Celsius, harus menjaga emisi dibawah 40 Giga ton pada tahun 2030.

Sementara menjaga rata-rata kenaikan suhu permukaan bumi kurang dari 1,5 derajat Celsius, harus menjaga emisi di bawah 24 Giga ton.

“Melihat perkembangan emisi global dan keterbatasan energi fosil, tentu saja menjadi penting danmendesak untuk mendorong perkembangan energi baru terbarukan di Indonesia, dan sekali lagi segera tingkatkan pengeluaran riset,” pungkas Mahawan. (Greg)