Pakai Silin, Produksi Kayu Hutan Alam Bakal Capai 22,68 Juta M3

Prof Na'eim saat menerima tanda kenang kenangan dari Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Hilam Nugroho usai kegiatan Sosialisasi Silin di Jakarta, Jumat silam. Foto : Istimewa
Prof Na'eim saat menerima tanda kenang kenangan dari Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Hilam Nugroho usai kegiatan Sosialisasi Silin di Jakarta, Jumat silam. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Pakar Silvikultur Intensif (Silin) Prof Muhammad Na’eim memprediksikan bisnis perkayuan yang bersumber dari hutan alam akan kembali berjaya dalam kurun 15 tahun mendatang.

Saat itu produksi kayu yang bersumber dari hutan alam diperkirakan mencapai 22,68 juta m3.

Artinya hampir mendekati produksi kayu tahun 1992 yang saat itu mencapai 26,1 juta m3.

Mimpi ini akan terwujud bila semua pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA), konsekuen menerapkan teknik (Silin), minimal 20 persen dari luas konsesi efektifnya.

Bila tidak, lanjut Prof Na”eim, produksi kayu nasional, pada tahun 2035 itu, tidak akan beranjak dari 3,25 juta m3.

Produksi ini jauh di bawa tahun 2017 yang masih bertahan diangka 5,41 juta m3.

Tanam Jalur

Prof Na”eim pun mengatakan, teknik Silin dengan pola tanam jalur pada hutan alam sekunder akan mampu meningkatkan produktivitas hutan dan jasa lingkungan skala landscape.

Menurutnya, beberapa jenis meranti seperti Shorea leprosula, Shorea parvifolia, dan Shorea platyclados merupakan jenis tanaman yang pertumbuhan riapnya cukup baik, di atas 1,7 cm/tahun.

Bahkan, ada beberapa jenis meranti yang riapnya bisa mencapai tiga cm lebih pertahun.

“Sehingga dengan teknik Silin, produktivitas hutan alam sekunder dengan rotasi 20-30 tahun, menjadi lebih meningkat dibanding areal hutan alam yang melakukan permudaan secara alami,” tuturnya di Jakarta belum lama ini.

Prof Na’eim mengatakan dengan menggunakan model tanam jalur atau rumpang ini maka akan mampu menghasilkan potensi standing stock lebih dari 120 m3 per hektare dengan rotasi 20 tahun.

Hal ini didasarkan pada pengalaman lapangan bahwa pertumbuhan meranti terseleksi baik pada tanaman uji species.

“Tanaman jalur dan rumpang mempunyai riap diameter di atas 1,7 cm setahun,” pungkasnya. (*)