Perhutanan Sosial Sukses Bergulir di Muara Gembong

Presiden Joko Widodo melakukan Panen Raya Udang Vaname di Lokasi IPHPS Muara Gembong dikembangkan sebagai lokasi Silvofishery dengan model tambak dan konservasi mangrove. Foto : KLHK
Presiden Joko Widodo melakukan Panen Raya Udang Vaname di Lokasi IPHPS Muara Gembong dikembangkan sebagai lokasi Silvofishery dengan model tambak dan konservasi mangrove. Foto : KLHK

TROPIS.CO, MUARA GEMBONG – Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja sekaligus melakukan Panen Raya Udang Vaname di lokasi Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/1/2019).

Lokasi IPHPS Muara Gembong dikembangkan sebagai lokasi Silvofishery dengan Model tambak dan konservasi mangrove.

Tambak dikembangkan menggunakan design silvofishery dengan pola komplangan, yakni luas tambak 60% utk tambak budi daya perikanan dan 40% utk konservasi mangrove.

Panen Raya Udang Vaname dilaksanakan oleh Kelompok Tani Mina Bakti yang berdasarkan SK IPHPS Nomor 3767/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/7/2017 berjumlah 38 KK dengan luas 80,9 hektare.

Pemerintah menaruh perhatian besar terhadap percepatan kinerja Program Perhutanan Sosial serta memastikan akses kelola hutan sosial berdampak positif bagi kesejahteraan Masyarakat.

Akses kelola Pehutanan Sosial memberikan ruang kelola kepada 1 orang petani tambak kurang lebih dua ha.

Optimalisasi Pemanfaatan lahan tambak dilakukan dengan cara membuat dua kolam untuk budidaya masing-masing seluas 4.000 m2, satu kolam mangrove 6.000 m2, sedangkan sisa lahan digunakan utk jalan, tanggul, dan infrastruktur pendukung tambak (saung dan rumah genset).

Berdasarkan hasil panen percobaan udang Vaname pada tanggal 22 Juli 2018 di lokasi yang sama menghasilkan 4,35 ton per hekatre dengan harga @Rp 73.000/kg.

Pada budidaya siklus kedua, proses penebaran benih dilakukan pada tanggal 1 November 2018 dan yang akan siap panen raya pada tanggal 30 Januari 2019 (90 hari), terdapat tujuh kolam budidaya yaitu kolam 1A, 1B, 3A, 3B dan 5A yang ditebar sebanyak 198.628 benih udang; kolam 2A ditebar sebanyak 138.176 benih dan kolam 2B ditebar sebanyak 259.080 benih.

Meski sudah mulai panen, Presiden Joko Widodo meminta agar para petani udang vaname tidak terburu-buru memperluas usahanya.

Hal ini, karena sebelumnya mereka sempat mengalami kegagalan saat awal menebarkan benih tahun 2017 lalu.

“Dulu perkiraan kita di Februari (2018) bisa panen, ternyata gagal. Nanti tanya ke petaninya.”

“Gagal. Diulang lagi yang kedua, berhasil tapi baru 50 persen,” kata Presiden Joko Widodo usai mengikuti panen raya udang vaname, di Desa Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat, Rabu pagi (30/1/2019) pagi.

Menurut Presiden, kegagalan dan kemudian berhasil panen 50 persen itu merupakan proses pembelajaran untuk para petani, yang memang memerlukan proses seperti ini.

“Yang kedua hanya dapat dua ton. Yang ketiga ini diperkirakan nanti akan dapat kira-kira lima ton, ini sudah pada posisi yang normal. Ini kita harapkan.”

“Kalau nanti ini sudah benar, karena memelihara udang vaname juga tidak mudah, lingkungan, suhu, kemudian oksigen, semua,” ungkap Kepala Negara.

Mengenai kegagalan pertama itu, menurut Presiden, karena ada virus. Namun saat ini, sudah mulai bisa dilihat kapan virus itu keluar, dan kapan tidak keluar.

“Dari 80 hektare tambak yang diberikan kepada masyarakat melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Perhutanan Sosialyang dicoba untuk budi daya udang vaname baru 10 hektare,” tutur Presiden Jokowi,=

Program Perhutanan Sosial merupakan Program Prioritas Pemerintah yang memiliki tujuan utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan, mengurangi konflik permasalahan lahan di masyarakat dan kedepannya bisa membantu mengatasi kemiskinan.

Pemerintah pada periode 2015-2019 mengalokasikan kawasan hutan melalui program Perhutanan Sosial seluas 12,7 juta hektare.

Target tersebut telah dipenuhi oleh Kementerian LHK seluas 13,638 juta hektare melalui PIAP sesuai SK Menteri LHK Nomor SK.3511/MENLHK-PKTL/SETDIT/KUM.1/5/2018.

Sampai saat ini Program Perhutanan Sosial telah memberikan akses kelola hutan kepada masyarakat seluas seluas 2,5 juta hektare, bagi 592.438 KK atau telah memberi manfaat kepada 2,4 juta jiwa masyarakat di dalam dan sekitar hutan. (*)