Tantangan Implementasi COP 24 di Lapangan

Ketua APIK Indonesia Network Mahawan Karuniasa (paing kanan) menyayangkan pemerintah Amerika dan negara-negara lain yang merasa lebih terancam oleh aksi perubahan iklim. Foto : Istimewa
Ketua APIK Indonesia Network Mahawan Karuniasa (paing kanan) menyayangkan pemerintah Amerika dan negara-negara lain yang merasa lebih terancam oleh aksi perubahan iklim. Foto : Istimewa

TROPIS.CO, JAKARTA – Conference of the Parties (COP) 24 fokus pada penyelesaian tugas Paris Agreement Work Program, yaitu menghasilkan rule book untuk implementasi Kesepakatan Paris.

The Katowice Climate Package, memuat keputusan-keputusan yang ditujukan untuk mengoperasionalkan dan untuk fasilitasi bagi negara-negara dalam melaksanakan Kesepakatan Paris.

Namun demikian, keputusan serta dokumen yang dihasilkan merupakan materi yang masih perlu diterjemahkan ke dalam bentuk yang lebih sederhana untuk memudahkan implementasinya oleh para delegasi maupun para pihak terkait.

Dengan demikian hasil-hasil COP 24 dapat diterjemahkan di lapangan.

Hal ini sebenarnya masih menjadi tantangan utama, ungkap Mahawan Karuniasa, anggota Paris Committee on Capacity Building (PCCB), badan di bawah United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), dalam International Conference of Indonesia Expert Network on Climate Change and Forestry (APIK Indonesia Network).

International Conference APIK Indonesia Network tahun 2018 dilaksanakan di Jakarta, pada Rabu (19/12/2018), yang mengangkat judul Climate Finance and Policy for Paris Agreement Implementation in Asia Pacific: Leveraging Non-State Actor’s Role, in order to enhancing capacity of the developing country Parties for NDC Implementation in the context of Paris Agreement.

Tujuan kegiatan tersebut yaitu, memperoleh gambaran situasi dan rumusan perbaikan fundamental pada isu pendanaan iklim untuk implementasi Nationally Determined Contributions (NDCs) di negara berkembang dalam konteks Kesepakatan Paris.

Tujuan kedua yaitu mencermati hasil-hasil pendanaan iklim di lapangan dan mengidentifkasi untuk perbaikannya.

Ketiga, melalui konferensi, diharapkan dapat turut dalam pembinaan dan mendorong peran Non-State Actors yang lebih besar dalam implementasi komitmen pengendalian perubahan iklim.

Selaku ketua APIK Indonesia Network, Mahawan Karuniasa juga menyayangkan pemerintah Amerika dan negara-negara lain yang merasa lebih terancam oleh aksi perubahan iklim.

Namun demikian, optimisme masih dapat dirasakan jika menunjuk pernyataan Arnold Schwarzenegger, mantan Gubernur California yang mengingatkan “to look beyond Washington, D.C.”.

Kemauan politik masih menjadi isu strategis aksi iklim baik di negara maju maupun negara berkembang. (*)