Indonesia dan Australia Kerja Sama Dalam Perhitungan Karbon

Menteri Likungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Menteri Lingkungan Australia Melissa Price sepakat melakukan kerja sama dalam bidang penghitungan karbon yang tertuang dalam Indonesia National Carbon Accounting System (INCAS). Foto : KLHK
Menteri Likungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Menteri Lingkungan Australia Melissa Price sepakat melakukan kerja sama dalam bidang penghitungan karbon yang tertuang dalam Indonesia National Carbon Accounting System (INCAS). Foto : KLHK

TROPIS.CO, KATOWICE – Indonesia dan Australia sepakat melakukan kerja sama dalam bidang penghitungan karbon yang tertuang dalam Indonesia National Carbon Accounting System (INCAS) yang merupakan sistem pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) dari Gas Rumah Kaca (GRK), termasuk aktivitas Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation and the Role of Conservation (REDD+).

Saat kesepatan itu terjadi kala delegasi Indonesia bertemu dengan Menteri Lingkungan Australia, Melissa Price, di Sekretariat Delegasi Indonesia (Delri) di sela acara Konferensi Iklim PBB COP 24 di Katowice, Polandia, Senin (10/12/2018).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, Indonesia mendapatkan dukungan dari Australia terkait perubahan iklim dalam INCAS.

“Australia juga mendukung kita dalam pengembangan instrumen untuk mengukur, melaporkan, dan verifikasi. Hal ini penting dalam penghitungan emisi karbon,” tutur Menteri Siti.

Selain itu, menurut Menteri Siti, Indonesia dan Australia sepakat mengagendakan kerja sama dalam hal pengelolaan gambut, mangrove, serta sampah plastik laut.

“Untuk pelaksanaan kesepakatan masih menunggu kejelasan teknis implementasi,” ujarnya.

Indonesia memiliki target penurunan emisi sebesar 29% pada 2030 dan dengan dukungan internasional target tersebut menjadi 41%.

Penurunannya ditargetkan sebesar 17% dari kehutanan termasuk dari blue carbon forest terutama mangrove, lalu 11% penurunan dilakukan melalui sektor energi.

Australia sendiri memiliki target Nationally Determined Contributions (NDCs) 26-27%.

Sementara itu, Melissa Pice menyambut baik kerja sama kedua negara di bidang lingkungan, terutama kehutanan.

“Selamat kepada Indonesia yang mendapat hasil bagus dalam kehutanan.”

“Dalam lingkup yang lebih luas, dalam hal isu blue carbon dan sampah plastik laut juga tebuka luas kerja sama karena Indonesia dan Australia sama-sama memiliki kepedulian yang mendalam terhadap hal tersebut,” ucap Menteri Melissa.

Rencana ke depan, Indonesia serta Australia akan menggiatkan kembali Working Group on Environment and Climate Change, yang terakhir kali dilaksanakan Februari 2012.

Indonesia dan Australia juga diharapkan dapat melakukan langkah tindak lanjut Asia Pacific Rain Forest Partnership (APRP), kerja sama peningkatan capacity building, dan mengajak Australia ikut hadir dalam International Petroleum Technology Conference (IPTC) yang akan digelar di Beijing, Cina, Maret 2019. (*)