IFC: Peluang Investasi Hijau di Jakarta Senilai US$30 Miliar

Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik Vivek Pathak mendorong sektor swasta yang akan dibutuhkan guna menunjang peluang investasi iklim di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Foto : Financial Time
Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik Vivek Pathak mendorong sektor swasta yang akan dibutuhkan guna menunjang peluang investasi iklim di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Foto : Financial Time

TROPIS.CO, JAKARTA – Laporan terbaru International Finance Corporation (IFC) menyatakan ibu kota Indonesia, Jakarta, membuka peluang adanya investasi hijau yang ramah lingkungan senilai US$30 miliar sampai dengan tahun 2030.

“Di Jakarta, ada peluang investasi senilai lebih dari US$30 miliar, terutama dalam gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan energi terbarukan,” ujar Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik Vivek Pathak dalam pernyataan mengenai laporan terbaru IFC di Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Laporan ini memperkirakan potensi investasi bangunan ramah lingkungan di Jakarta adalah US$16 miliar, dalam limbah sebesar US$725 juta, transportasi umum sebesar US$660 juta, energi terbarukan sebesar US$3 miliar, air bersih senilai US$3 miliar, dan kendaraan listrik sebesar US$7 miliar.

Jakarta merupakan salah satu dari enam kota sampel dari laporan IFC yang mendapatkan penilaian rinci mengenai peluang investasi iklim serta telah mencakup beragam geografi, luas wilayah, dan kepedulian terhadap iklim.

Pathak menambahkan, potensi investasi hijau di Jakarta tersebut memperlihatkan pesatnya perkiraan urbanisasi di Asia serta peningkatan kesempatan untuk transisi kepada kegiatan rendah karbon yang bisa menyumbang sebagian besar PDB.

Untuk itu, IFC menawarkan layanan investasi, konsultasi, dan manajemen aset, untuk mendorong keterlibatan sektor swasta yang akan dibutuhkan guna menunjang peluang investasi iklim di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Selain Jakarta, kota lainnya yang berpotensi mendapatkan investasi hijau adalah ibu kota Kenya, Nairobi, yang bisa mendapatkan peluang senilai US$8,5 miliar, terutama untuk kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan.

Kota lainnya, adalah ibu kota Meksiko yaitu Mexico City, mewakili peluang investasi US$37,5 miliar, terutama di gedung-gedung ramah lingkungan, kendaraan listrik, dan air perkotaan, serta ibu kota Yordania, Amman, mewakili peluang investasi senilai US$12 miliar, khususnya di transportasi umum, bangunan ramah lingkungan, dan kendaraan listrik.

Kemudian, Rajkot, salah satu kota di India dengan pertumbuhan paling cepat ke-22 di dunia, mewakili peluang investasi senilai US$4 miliar, terutama dalam kendaraan listrik, transportasi umum, dan bangunan ramah lingkungan dan ibu kota Serbia, Belgrade mewakili peluang investasi senilai US$5,5 miliar, terutama di gedung-gedung ramah lingkungan, transportasi umum, dan air di perkotaan.

Secara keseluruhan, laporan ini menyebutkan kota-kota di pasar negara berkembang memiliki potensi untuk menarik lebih dari US$29,4 triliun, investasi terkait iklim untuk mengurangi emisi karbon di enam sektor utama sampai dengan tahun 2030.

Potensi investasi yang signifikan dapat dihasilkan dari transportasi rendah karbon seperti transportasi umum hemat energi US$1 triliun dan kendaraan listrik US$1,6 triliun, energi ramah lingkungan US$842 miliar, air US$1 triliun, dan limbah US$200 miliar.

Menurut laporan IFC, perencanaan, kebijakan, dan proyek kawasan Asia Pasifik memiliki potensi investasi peduli iklim tertinggi di dunia, dengan peluang terbesar di gedung ramah lingkungan yang diperkirakan mencapai US$17,8 triliun dan secara global senilai US$24,7 triliu pada 2030.

Laporan ini menganalisis target perbaikan iklim kota dan rencana kegiatan di enam kawasan, mengidentifikasi peluang di sektor-sektor prioritas seperti bangunan ramah lingkungan, atau bangunan hijau, transportasi umum, kendaraan listrik, limbah, air, dan energi terbarukan.

IFC yang merupakan bagian dari Grup Bank Dunia, ikut menyoroti pendekatan inovatif yang telah digunakan oleh kota-kota, seperti obligasi ramah lingkungan dan KPS (Kemitraan Pemerintah Swasta), untuk menarik investor swasta dan membangun perkotaan yang berkesinambungan. (*)