Target Nilai Ekspor Kayu Olahan Indonesia di Tahun 2018 Rp177,7 Triliun

Menteri LHK Siti Nurbaya menyatakan ekspor hasil hutan punya kontribusi besar bagi ekonomi Indonesia. Foto : Suara Pembaruan
Menteri LHK Siti Nurbaya menyatakan ekspor hasil hutan punya kontribusi besar bagi ekonomi Indonesia. Foto : Suara Pembaruan

TROPIS.CO, JAKARTA – Kayu tetap jadi primadona karena memberikan kontribusi devisa besar bagi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global. Pasalnya, ekspor kayu olahan Indonesia cenderung meningkat dengan produksi kayu bulat yang didominasi dari hutan tanaman.

Ekspor kayu olahan Indonesia pada tahun 2017 senilai US$10,94 miliar, dan sebelumnya US$10,32 miliar di tahun 2016.

Pada tahun 2018 diproyeksikan akan mencapai angka ekspor US$12 miliar atau sekitar Rp177,7 triliun (dengan nilai kurs US$1 setara Rp14.808,90) di mana per awal Juli 2018 telah mencapai angka ekspor US$6 miliar.

Data-data ini disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam kata sambutannya saat membuka Rapat Kerja Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (13/11/2018).

Sementara itu produksi kayu bulat dari hutan alam sebesar 5,8 juta m3 pada tahun 2017 dan kayu bulat dari hutan tanaman industri sebesar 38 juta m3 dan sebelumnya 32 juta m3 tahun 2016.

Angka-angka ini menunjukkan tren kenaikan volume produksi.

“Produksi kayu bulat dari alam, sebanyak 86,58 % disumbangkan oleh Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua dan Papua Barat; serta produksi kayu buat dari hutan tanaman industri 98,43 % berasal dari Provinsi Riau, Jambi, Kaltim, Kalbar dan Kalteng,” papar Menteri Siti Nurbaya.

Tujuan ekspor kayu olahan Indonesia adalah negara-negara Asia, Amerika Utara dan Uni Eropa mendominasi.

Cina menempati peringkat pertama sebagai tujuan ekspor kayu olahan Indonesia.

Proporsinya pada tahun ini meningkat dibandingkan tahun 2017, naik sebesar 18,52 %.

Sementara Jepang berada di peringkat kedua, Amerika Serikat menggantikan Uni Eropa di posisi ketiga di Tahun 2017.

Uni Eropa yang pada tahun 2016 berada di posisi ketiga, turun di peringkat keempat pada tahun 2017.

Ada beberapa jenis kayu olahan itu meliputi bangunan prefabrikasi, chipwood, serpih, furniture kayu, kerahnan, panel, paper, pulp, veneer, dan woodworking.

Secara keseluruhan sumbangan sektor kehutanan dalam produk domestik bruto (PDB) nasional didominasi kayu, meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2017, yaitu Rp74,6 triliun tahun 2014, menjadi Rp82,3 triliun tahun 2015, dan Rp87,4 triliun di tahun 2016 menjadi Rp91,6 triliun di tahun 2017.

“Di tahun 2018, kontribusi sektor kehutanan pada PDB sudah mencapai Rp47,2 triliun pada Triwulan II hingga akhir Juni 2018,” pungkas Menteri Siti Nurbaya. (wis)